Senin

Kereta Api Kita Mengenaskan

OLEH: RIZA FACHRUDDIN*
Banyaknya penumpang yang saling berebut untuk mendapatkan tempat duduk menjadi pemandangan biasa di Stasiun Kereta Api "ekonomi" Indonesia. Hal ini wajar terjadi, karena murahnya harga tiket yang dipatok memudahkan masyarakat dengan ekonomi pas-pasan pun dapat menggunakan jasa perhubungan ini.
Akhir-akhir ini, kereta api sebagai salah satu transportasi massal perhubungan darat, kurang diperhatikan oleh pemerintah. Banyaknya fasilitas di dalam kereta api yang tidak dapat digunakan karena sudah usang, mangkrak, dan rusak menjadi keresahan yang mengganggu kenyamanan penumpang dalam melakukan perjalanan. Masyarakat seringkali mengeluhkan kondisi perkeretaapian kita.
Realitas ini, dapat dilihat dari tidak ada satupun kipas angin yang berfungsi dengan baik, rusaknya toilet dan banyaknya lampu penerangan yang mati sewaktu perjalanan dilakukan malam hari. Sementara itu, banyak penumpang yang berdiri mulai stasiun pemberangkatan hingga stasiun tujuannya. Pengalaman penulis, dengan minimnya fasilitas ini, terdapat seorang perempuan yang sempat pingsan akibat sesaknya penumpang dan kurangnya sirkulasi udara sewaktu menunggu terlalu lama perjalanan kereta api yang saling bersimpangan (kres).
Masalah semakin bertambah, seiring banyaknya pedagang asongan yang mondar-mandir menjajakan barang dagangannya di dalam kereta api yang sesak dengan penumpang. Kadangkala, terdapat pedagang asongan yang memaki-maki penumpang yang menghalangi jalannya dan jika tidak disikapi dengan bijak oleh salah satu pihak akan dapat mengakibatkan konflik. Apalagi dalam kesehariannya, perkeretaapian tak luput dari beberapa modus kejahatan yang di antaranya pelecehan seksual terhadap perempuan dan pencopetan. Seseorang yang kurang waspada terhadap barang bawaannya akan menjadi incaran dari pencopet. Tentunya, pencopet ini mempunyai komplotan yang terorganisasi dengan sasaran utamanya perempuan. Mungkin saja, dengan banyaknya kasus pelecehan di kereta api menjadikan penumpang perempuan khawatir akan keselamatan dirinya. Ironis sekali perkembangan perhubungan di negara kita.
Gambaran tersebut, sebenarnya menunjukkan bahwa keberadaan perkeretaapian kita kurang memuaskan. Jika dimengerti lebih lanjut, terdapat dua persoalan yang mendasar. Pertama, dari pihak pengguna (konsumen), yang kurang adanya rasa memiliki terhadap fasilitas umum. Kondisi yang sering terjadi, yakni banyak masyarakat yang tidak menunjukkan kedisiplinannya dengan membuang sampah seenaknya dan tidak membayar tiket sewaktu menggunakan jasa kereta api. Hal tersebut, akan menjadi "bumerang" bagi perkembangan transportasi ini. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan mengerti dan memahami pentingnya merawat fasilitas umum.
Kedua, dari pemerintah dan pegawai PT Kereta Api yang berperan sebagai penentu dan pelaksana kebijakan, seharusnya lebih memperhatikan kondisi perkeretaapian dengan membenahi beberapa fasilitas yang kurang berfungsi dengan baik. Karena, dana yang dihimpun dari penumpang selayaknya diterima kembali dengan imbalan berupa fasilitas yang memadai. Kontrol pada pegawai semestinya juga diterapkan.
Adanya oknum pegawai kereta api yang menerima pembayaran tiket ilegal dari penumpang sesudah naik di dalam kereta, sehingga banyak petugas yang dengan leluasa menerima uang pembayaran. Uang itu tentunya tidak dimasukkan ke kas perusahaan, namun menguap di tangan oknum pegawai tersebut. Sedangkan untuk kondisi fisik kereta api, diperlukan pembenahan fasilitas yang kurang berfungsi dengan baik. Saat ini dibutuhkan pegawai perkeretaapian yang dapat bertindak tegas dan disiplin terhadap berbagai penyimpangan dana perbaikan kereta api. Karena, pegawai yang disiplin akan membuat para penumpang segan dan simpati terhadap kinerja sistem perkeretaapian.
Peran pemerintah pusat dan propinsi sangat diperlukan, mengingat kereta api banyak memberikan kemudahan bagi masyarakat. Tentu saja, perlu konsistensi dan komitmen dari Pimpinan PT Kereta Api untuk melakukan pembukuan (manajemen keuangan) yang baik dan transparan dalam menertibkan sumber dana yang mengalami penguapan. Dan, bagi pegawai yang secara nyata menyelewengkan jabatannya, semestinya diberi sanksi tegas. Sebab, jika tidak diantisipasi mulai sekarang, perkeretaapian kita hanya akan menjadi "wajah suram" yang tidak akan mengalami kemajuan dan perkembangan.
Selain kedisiplinan dari pegawai kereta api, juga diperlukan pengarahan pada masyarakat pengguna jasa kereta api untuk turut berdisiplin dan berperilaku santun. Tindakan ini dapat diwujudkan dengan lebih kreatif membuat iklan layanan masyarakat lewat bantuan media cetak dan elektronik, serta menggunakan tempat-tempat strategis di stasiun kereta api sebagai pusat saran dan himbauan. Sehingga, diharapkan secara bertahap akan terbentuk kesadaran diri masyarakat dalam mematuhi dan tunduk terhadap peraturan yang telah ditetapkan. Semoga.
*) Aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung