Mendengar Panti Jompo, yang terlintas dipikiran adalah kumpulan manusia-manusia yang terbuang dari keluarganya. Padahal tak demikian, banyak dari mereka memutuskan tinggal di panti jompo karena kemauan sendiri.
Suasana gundah, haru, sedih dan prihatin tentu tumplek menjadi satu, saat akan memasuki gerbang sebuah bangunan yang dihuni oleh orang-orang yang dikategorikan jompo. Kondisi penghuni yang tua renta, lemah, tak berdaya dan terbuang selalu terlintas dalam pikiran pengunjung. Namun setelah menyalami mereka, menyapanya, dan mendengarkan ocehannya, pasti pengunjung yang datang akan berpendapat lain.
Memang biasanya, orang takut dianggap tidak peduli lagi pada orangtuanya jika menitipkan di panti jompo. Bagi orangtuanya sendiri, mereka merasa dibuang oleh anaknya karena anaknya tidak mau merawat mereka. Selain itu dengan masuk ke panti jompo, penegasan dirinya sudah tua, menyulitkan, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi menjadi semakin nyata. Begitu biasanya persepsi yang berkembang di masyarakat.
“Kami selalu berusaha memberikan kegiatan yang positif buat mereka. Jangan sampai mereka hanya duduk termenung seperti orang yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Biar manula, banyak pekerjaan yang masih bisa mereka lakukan,” kata Kepala Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Bhakti Mulia 01 Cipayung, Jakarta Timur, H. Patare
Menurut Patare, mengelola panti jompo tidak ubahnya seperti mengelola sebuah rumah sakit sekaligus mengelola sekolah berasrama.
Sebut saja Limah (77), adalah penghuni panti sosial Tresna Rerdha 3 Ciracas Jakarta Timur, yang sudah hampir 5 tahun berada di panti jompo. Tubuhnya kecil. Rambutnya yang putih walau kelihatan sudah banyak rontok dibiarkan terurai. Kalau dilihat dari kondisi kesehatannya, boleh dibilang tua renta yang dititipkan oleh anaknya yang kurang mampu ini, tampak sehat. Tersenyum bila disapa dan kelihatannya sangat kerasan berada di rumah panti jompo. Walau mengeluh sering encok tetapi katanya, ia sangat kerasan tinggal di rumah jompo ini. “Nenek kerasan tinggal di sini, karena asramanya sangat lega, tak seperti rumah nenek yang sempit dan banyak cucu. Nenek juga tidak kesepian karena setiap minggu cucu dan anak nenek sering berkunjung ke sini. Apalagi karyawan di sini juga baik-baik semuanya seperti anak-anak nenek,” katanya bangga.
Sabtu
Mereka Bahagia Jika Dikunjungi
OLEH: AGUS SALAM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar