Sabtu

Obat ’’Serbu’’ Sasar Desa

OLEH: HERNAWARDI

Akibat terlampau mahalnya harga obat-obatan di dalam negeri, kehadiran obat-obatan ’’bebas’’ merk dengan harga relatif terjangkau, memiliki peluang pasar tersendiri. Di tengah gejolak harga dalam litani kebijakan pemerintah pusat maupun daerah, belum mampu menjadi payung pembendung merebaknya ragam obat di ranah publik. Konsumen terpaksa harus berhadapan dengan kenyataan riil, --memilih obat dengan harga lebih murah sesuai penyakit yang diderita sembari tetap melongok kemampuan finansial.

Pengembangan Obat Generik Berlogo (OGB) menjadi konsekwensi logis dalam memperluas akses obat-obat berkualitas kepada masyarakat dengan harga terjangkau termasuk Over The Counter (OTC). Ajakan Menkes Siti Fadilah Supari agar industri farmasi wajib menyediakan OTC dalam bentuk Paket Obat Murah “Serbu” (Serba Seribu Rupiah), di satu sisi membangun kesadaran baru masyarakat tentang pentingnya hidup sehat secara murah. Dengan setiap paket Rp 1.000, jauh lebih hemat dibanding obat sejenis yang terjual bebas di pasaran.

Di NTB, pengadaan obat-obatan (farmasi) untuk mendukung pelayanan kesehatan masyarakat miskin intensif digulirkan hingga ke tingkat desa via program obat “Serbu” dan ditunjang rencana pembangunan apotik rakyat. Hanya saja, semua itu wajib ditunjang ketersediaan tenaga apoteker.

Bahkan distribusi obat ’’Serbu’’, seperti diungkap Kadiskes NTB, Dr Baiq Magdalena, tetap difokuskan ke masyarakat miskin sebagai bantuan awal sebelum ke tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Program ini didukung dengan jaminan akan tetap tersedia, merata dan terjangkau bagi masyarakat luas. Untuk stok, sebut Magdalena, disiasati hingga Desember 2007. Obat, lanjut mantan Kepala RSUD Bima ini, bukan semata-mata komoditi ekonomi tetapi juga komoditi sosial. Apalagi ditunjang apotik rakyat dengan kekuatan distribusi minimal sampai tingkat kecamatan se-NTB, dan siap dititip ke warung obat desa (WOD).

Untuk permudah pelayanan obat ’’Serbu’’ kepada masyarakat luas, Pemkot Mataram telah menjalin kerja sama dengan Indofarma. Sebagai salah satu unit usaha pemerintah, Indofarma 10 ribu apotik di Indonesia. Kualitas obat ’’Serbu’’ langsung dijamin Walikota Mataram, HM Rusan, SH. Kerja sama itu dilakukan dengan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua pihak. Khusus kota Mataram, sudah disiapkan 12 item produk obat murah dengan harga Rp 1000 per strip.

Di tempat terpisah, staf khusus Menko Kesra, Lalu Mala Satria Wangsa menjelaskan, program obat murah ’’Serbu’’ dilakukan karena selama ini ada banyak kendala seputar distribusi obat generik. Selain itu obat tersebut dijual bebas di pasaran sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat antar produsen, dan berdampak pada fluktuasi harga obat. ’’Kami berharap program ini dapat menurunkan obat di pasaran hingga 80 persen. Pemerintah sama sekali tidak memberikan subsidi anggaran terhadap program ini,’’ tegas Satria.

Kacab PT Indofarma Global Medika NTB, Sugiantoro Putro menjamin kualitas obat yang dipasok ke setiap daerah itu. “Yang jelas obat ini bukan murahan. Saya berharap masyarakat terus mengawasi pendistribusian obat hingga ke tingkat Posyandu. Sebab kami tak sanggup mengontrol dan mengawasi secara retail. Jika ada oknum retail yang permainkan harga, segera laporkan ke Indofarma atau tim terpadu yang dipimpin BPOM itu,’’ sebut Putro.

Noviantri S, Fars, Apt, penanggung jawab PT Indofarma Global Medika Mataram mengaku, ada 12 dari 20 item obat murah ’’Serbu’’ itu. Antara lain, obat untuk batuk, flu, batuk cair, batuk berdahak, sakit kepala, penurun panas anak, asma, cacing anak, cacing keluarga, maag dan obat untuk tambah darah. Kualitas obat murah dengan harga ’’Serbu’’ disediakan dalam kemasan satu strip 2-10 tablet.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung