Jumat

Chairudin Buat Kapal Fiber Glass

Selamatkan Ribuan Nelayan
OLEH: HERNAWARDI

Di Sungai Meninting, Dusun Ireng Daye, Desa Jatisela, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, beberapa kapal boat berderet bersandar. Dari jembatan Meninting bisa dilihat sebuah kapal berukuran 19 kali 4,5 meter yang terapung-apung di muara sungai yang menuju Pantai Meninting. Sekitar 20 pekerja pembuat kapal yang dirintis Chairudin tengah menyelesaikan proses pembuatan kapal. Pada pemandangan lain tampak cetakan-cetakan kapal fiber glass dan sejumlah kapal lainnya yang masih dalam tahap penyelesaian. Itulah wujud hasil kerja dan hasil karya yang selama ini digeluti perintis utama pembuatan kapal fiber glass yang dimulainya sejak tahun 1983.

Usaha yang dirintis Chairudin semula di Kebon Roek, Ampenan, Mataram. Seringkali untuk pembuatan kapal yang panjang ia harus menjebol tembok rumahnya. Soal ini cukup mengganggu pekerjaannya. Ia lantas membeli beberapa areal tanah di Ireng Daye, yang bersebelahan dengan Kali Meninting yang lokasinya cukup strategis karena berada di sepanjang jalur Mataram Senggigi.

Banyak orang awalnya tidak kenal Chairudin sebagai pembuat pertama kapal fiber glass. Padahal karya Chairudin belum pernah dipikirkan masyarakat kebanyakan. Membuat kapal bukan hal yang aneh, jika bahan bakunya dari kayu. Aktivitas membuat perahu atau kapal biasanya banyak dijumpai di perkampungan nelayan. Namun yang menjadikannya aneh dan baru, ketika bahan-bahan pembuatan kapal-kapal itu dari serabut glass. Masyarakat baru tahu, kalau kebetulan melintasi jembatan Meninting. Di sana, kapal-kapala hasil buatan Chairudin ditambatkan. Karyanya memang dipromosikan dari mulut ke mulut. “Di Lombok memang hal yang baru membuat kapal dari bahan glass,” jelas Direktur CV Aneka Fiber glass.

Chairudin sebelumnya sempat menjadi tukang sol sepatu dan pekerja serabutan serta buruh nelayan. Kini banyak nelayan yang menggunakan kapal rancangan Chairudin. Ada keuntungan lain yang bisa diperoleh dengan usaha Chairudin. Setidaknya perambahan dan penebangan kayu untuk pembuatan kapal dapat diminimalisir. Bisa dibayangkan, jelas Chairudin, untuk pembuatan sebuah perahu ukuran 10 meter, garis tengah 1,5 meter saja tidak cukup dengan menebang sebatang pohon. Akibatnya kayu hutan yang mesti harus dilestarikan menjadi buruan para pemburu atau pengusaha kayu untuk bahan pembuatan kapal.

Chairudin menyebutkan pembuatan kapal dari bahan glass lebih praktis dan irit dari bahan-bahan yang serba kayu, gampang dibentuk dan lebih tahan cuaca baik musim panas maupun musim penghujan. Ia mendapat pasokan bahan baku fiber glass dari sejumlah agen di Surabaya. Usaha Chairudin hingga saat ini tidak hanya dikenal di Lombok atau NTB saja, namun usahanya ini banyak dipesan dari para nelayan maupun para pengusaha wisata yang ada di Tanjung Benoa, Bali ataupun dari Pelabuhan Ratu, Jakarta. Bahkan, para nelayan ataupun para pengusaha jasa wisata angkutan laut di NTT, selalu mempercayakan perahu (kapal fiber) buatan Chairudin.

Kapal fiber memiliki kekuatan yang luar biasa. Kapal kayu yang dibuat dengan berat 1 ton, jika terapung atau berendam di laut selama 6 bulan, beratnya bisa naik menjadi 30 persen. Karena itu pemanfaatan perahu kayu akan sangat berkait dengan kemampuan mesin pendorongnya. Sedang perahu fiber glass yang punya berat satu ton, walaupun berendam dua tahun, beratnya tidak akan pernah bertambah. Kekuatanpun bisa lebih diandalkan, karenanya jauh lebih unggul dari kapal kayu.

Membuat kapal menurut Chairudin membutuhkan ketelitian, kecermatan, tidak hanya sebatas kapal hanya bisa terapung saja. Rintisan membuat kapal bukannya dilakukan bersama ayah, saudara atau keluarganya. Ia melakukan usahanya seorang diri, dibantu istrinya. Namun ia berkeyakinan, jika ditekuni dan diyakini akan menuai kesuksesan.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Kalau mau beli harus menghubungi siapa dan berapa harganya

www.uniview-indonesia.com mengatakan...

Oya mas, bagaimana cara menghubungi Pak Chairuddin? Ada nomor kontaknya?

Josh
021 92598753
0813 18246117
0813 18246118

Statistik pengunjung