Suryani lahir dari keluarga penganut vegetarian, meski bukan vegetarian murni karena anak-anak disarankan menganut lacto ovo vegetarian. Jadi masih makan susu dan telur. Keluarga menganut vegetarian karena keyakinan. ‘’Sejak usia remaja, keyakinan saya untuk menjadi vegetarian semakin besar. Hingga di usia 16 tahun, saya mengikrarkan diri untuk menjadi vegetarian,’’ kata wanita kelahiran
Sejak itulah ia menjadi seorang penganut vegetarian murni. Berbagai pengalaman unik telah dilakoni seperti dianggap aneh oleh teman-temannya. Bahkan untuk menjaga kemurnian vegetarian, ia membawa minyak goreng khusus dari rumah bila sedang kuliah. Meski begitu, wanita yang aktif di organisasi agama Budha ini mengaku, dalam pergaulan tetap berbaur dengan orang lain. Tantangan untuk menjadi vegetarian di masanya jauh lebih berat dibanding zaman sekarang. Karena sosialisasi vegetarian saat ini jauh lebih gencar dibanding 20 tahun lalu. Bahkan manfaat seseorang yang menjalani vegetarian banyak disosialisasikan terutama kesehatan. Ini terlihat dari kehidupan sehari-hari keempat anaknya.
‘’Pokoknya kita harus pandai-pandai menyeimbangkan menu makanan serta gizi makanan yang kita makanan. Kalau kita tahu, kandungan gizi yang ada di hewani, dapat kita temukan di nabati. Hanya selama ini, pengetahuan kita tentang kandungan gizi di nabati minim. Selain itu variasi mengolah makanan juga sedikit. Jadi muncul rasa bosan. Tapi sekarang banyak bahan olahan dari nabati yang dapat kita jumpai di pasaran. Meski harganya mahal karena barangnya harus diimpor. Negara kita belum bisa produksi sendiri,’’ jelas pengusaha restoran vegetarian ini.
Ketika hamil di bawah pengawasan dokter, ia tetap jalani vegetarian. Keempat anak lahir dan tumbuh dengan normal. Menurut Nani (16), anak bungsunya, melakukan vegetarian tidak menghambat pergaulana. Bila temannya makan non vegetarian, Nani pasti memesan makanan vegetarian. Bahkan ketika masih anak-anak, bila ada undangan ulang tahun, Nani memilih membawa bekal dari rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar