Jumat

Hemat Saat Krisis ala Albert Wijaya

OLEH: INDAH WULANDARI

Di mana-mana, bisnis kuliner di Indonesia tetap booming. Berbagai olahan kreatif dan unik disajikan bagi pecinta masakan khas Indonesia. Di Denpasar, terutama kawasan sepanjang Jl Teuku Umar seakan mewakili pusat bisnis makanan sejak senja hingga larut malam. Antara deretan tempat makan di seputaran daerah Simpang Enam Teuku Umar, ada restoran yang menyajikan ragam masakan Indonesia. Itulah, Ayam Goreng Jaen Gemes, racikan Albert Budi Lesmana Wijaya (64).

Nama itu diusung Albert, panggilan sang pemilik restoran agar mudah dikenal. Ia berharap, para penikmat masakannya bisa merasa gemas dan ingin kembali menikmati rasanya yang Jaen atau enak dalam bahasa Bali. Kemampuan meramu makanan yang sedap sudah dilakoni sejak kecil. ‘‘Saya suka mengamati ibu memasak, akhirnya jadi hobi dan buka restoran sejak 4 tahun lalu,” ujar pria bernama asli Oey Biauw Liang ini.

Sejatinya, keluarga Albert adalah pemilik kebun teh di Sukabumi. Ia memutuskan untuk membuka usaha restoran di Bali karena ingin istirahat dan menikmati hidup dengan melakoni hobi. Bahkan salah satu anaknya yang tinggal di Jakarta mengikuti jejak sang ayah dengan mencipta merek burger sendiri bernama Keuken.

Meski darah Tionghoa mengalir kental dalam dirinya, Albert merasa asing dengan budaya Cina beserta ritualnya. ‘’Kakek buyut saya bahkan tak kenal perayaan adat Cina, apalagi saya yang terhitung generasi ketujuh,” ujarnya. Namun, Albert mengakui bahwa leluhurnya terkenal pintar dan ulet mencari uang. Etnis Tionghoa sudah dikenal paling handal mengatur keuangan dan siap untuk hidup hemat. Bahkan segala sesuatu yang menurut orang lain tak berguna, bisa menghasilkan uang. ‘’Misalnya nenek saya selalu mengumpulkan sisa-sisa kulit jeruk. Eh, ternyata itu bisa jadi manisan,” kata Albert.

Dalam lingkungan sekitar, anggota keluarga selalu diberi nasehat agar membaur dengan semua lapisan masyarakat tanpa membeda-bedakan ras, suku maupun golongan. Tak ayal, jodoh Albert justru seorang wanita Jawa asal Solo.

Menyinggung prospek bisnis makanan di Bali, Albert menilai sedang peceklin konsumen. ‘’Kita sedang berada dalam tahun-tahun sulit. Pasalnya, pendapatan hampir seluruh pengusaha restoran, terutama yang berbahan ayam menurun dimbas isu flu burung. Meski begitu, masa sulit harus dinikmati untuk mendapatkan hal-hal yang lebih berguna, di samping menghemat di sektor operasional restoran.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung