OLEH: AGUS SALAM
Jika memasuki kawasan Pecinaan, pasti terlihat Vihara atau tempat ibadah bagi komunitas Tionghoa. Tapi jangan salah, pecinaan Jl Lautze, Pasar Baru Jakarta Pusat terdapat sebuah Masjid Pecinaan yang didirikan Yayasan Abdul Karim Oei tahun 1994. Masjid tempat berkumpulnya komunitas Tionghoa beragama muslim ini dinamai Masjid Lautze dan hingga kini menjadi pusat syiar Islam bagi komunitas Tionghoa.
Sepintas, memang tak ada yang unik dari masjid berbentuk rumah toko layaknya ruko-ruko yang ada di sekitar. Bentuk bangunan Masjid Lautze bisa dibilang sederhana. Namun kesan pertama yang tertangkap sirna setelah memasuki ruangan. Pada hari Jumat seperti biasa, kaum muslimin bermata sipit menunaikan Sholat Jumat.
Dari luar, banyak orang yang tak percaya bahwa itu sebuah tempat ibadah. Namun Ciri-ciri sebuah masjid begitu terasa di ruang dalam gedung berlantai empat itu. Lantai pertama dan kedua digunakan untuk Sholat berjemaah termasuk Sholat Jumat. Di lantai tiga dan empat sebagai kantor sekretariat Yayasan Abdul Karim Oei. Warna merah yang disapukan pada beberapa bagian dinding bangunan menjadi satu-satunya sentuhan Tionghoa di Masjid Lautze. Selain itu tak terlihat lagi ornamen tradisional Cina yang lain. Di dalam ruang masjid tergantung pula beberapa foto Abdul Karim Oei.
Muhammad Ali Karim Oei, anak almarhum Abdul Karim Oei Tjeng Hien mengaku, hingga kini fisik bangunan Masjid Lautze sedang dipugar. ‘’Tujuan yayasan ini awalnya untuk Syiar Islam kepada etnik Cina. Nama Oei diambil dari seorang yang sangat unik. Bapak Karim Oei (1905-1988) masuk Islam di tahun 1930-an dan akrab sekali dengan Presiden Soekarno dan Buya Hamka. Beliau seorang tokoh Muhammadiyah dan pionir dakwah di kalangan etnik
Sejak yayasan didirikan, dakwah di kalangan warga keturunan Tionghoa cukup efektif. Papan nama OEI menarik perhatian dan mereka tidak ragu-ragu datang untuk bertanya soal Islam, agama yang memiliki penganut mayoritas di negeri ini. Di wilayah Pecinaan ini, berdiri megah ragam tempat ibadah. Di setiap sudut ada sekolah minggu kaum Nasrani, Gereja, Klenteng, Vihara dan sebagainya. Yayasan Abdul Karim Oei juga memiliki cabang di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar