Sabtu

IBA Food: Home Industry Beromzet Puluhan Juta

OLEH: DIDIK PURWANTO

Selama ini, Bali yang tetap dijadikan salah satu tempat alternatif para wisatawan asing ikut memacu inisiatif dan kreatif masyarakat setempat untuk membuka beragam jenis usaha. Teguh Ismanto Hadi dan Vivi Hadi misalnya, menjadikan wisatawan yang bertandang ke Pulau Dewata sebagai motivasi untuk terjun ke dunia bisnis dengan membuat oleh-oleh berciri khas Bali.

Ismanto dan Vivi mengawali usaha dengan modal Rp 250.000. Usaha yang dirintis sejak tahun 2001 dengan alamat di Jl Tunggul Ametung II C/5 Denpasar itu hanya dikerjakan secara manual, dengan 11 orang tenaga kerja. Meski hanya home industry, pasutri ini tetap menerapkan sistem kerja sebuah perusahaan. Semua karyawan bekerja dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00. Jika ada produksi di luar jam kerja, karyawan diberikan uang lembur.

Setelah berjalan tiga bulan, Ismanto dan Vivi berhasil menhadirkan lima macam resep produk yang siap dijajal konsumen. Kelima produk yang hingga kini tetap menjadi oleh-oleh khas para pelancong dalam dan luar negeri ke Bali adalah dodol salak, sirsak, pisang, nanas dan nangka.

Menurut Vivi Ismanto, untuk penetrasi pasar, belum ditemui hambatan serius. Hingga kini, produk berlabel Intan Berliana Abadi Food (IBA Food), --nama kedua putri (Intan dan Berlian) itu-- mulai dipasok ke pedagang toko oleh-oleh di sekitar Gianyar, Denpasar dan Badung, Bandara Ngurah Rai dan super market di seputar kawasan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

Vivi menjelaskan, dengan sistem konsinyasi dan beli putus, produk yang memiliki masa kadaluwarsa hingga empat bulan itu dipatok harus terjual habis di pasaran dalam sebulan. “Kita malah tidak berani stok di rumah. Produk yang kita buat hari ini langsung didistribusikan ke pelanggan, pemesan atau toko. Ya, langsung habis,” tegas mantan karyawati sebuah perusahaan kargo itu.

Dengan kisaran harga Rp 5000 sampai Rp 7000, usaha yang dilakoni mulai dari pembelian bahan baku, produksi, pengemasan hingga pemasaran ini mampu produksi 5000 kotak per hari untuk satu jenis produk. Rencananya, pasutri tiga anak ini siap membuka toko oleh-oleh dan wisata kuliner khas Bali di sekitar Sempidi, Kabupaten Badung.

Pada jalur utama menuju Jawa-Bali tersebut, sebut, Ismanto, cukup ramai dilewati para pelancong setiap hari sehingga memudahkan wisatawan lokal maupun manca negara singgah sebentar sebelum kembali dengan membungkus oleh-oleh khas Bali. “Saat ini omzet kita baru 40-50 juta per bulan dengan margin profit berkisar 20-30%. Sangat cukup untuk menanggung beban keluarga,” ujar pria yang juga seorang desain grafis tersebut.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung