Karena kurang memiliki keunggulan standarisasi dan inovasi produk, banyak makanan khas di Jawa Timur yang kurang dilirik konsumen. Hal itu pula yang selama ini dialami Tarmiati, seorang pengusaha Brem Cap Suling, sebuah makanan khas asal kota Madiun. Sayangnya, belum dikelola secara profesional oleh para pebisnis.
Mengaca pada selera pasar, Tarmiati akhirnya melakukan sejumlah inovasi terhadap produk dengan membuat brem rasa coklat dan aneka rasa lainnya. Biasanya, yang sudah lama dikenal justru baru sebatas brem rasa asam dan berakohol. Berkat inovasi tersebut, brem hasil produksi Tarmiati sudah terjual di super market di Madiun, mini market dan outlet di bandara Juanda Surabaya.
Bahkan, brem racikan Tarmiati ini sudah memenuhi beberapa outlet pedagang oleh-oleh di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Tengah, Bali, Yogyakarta dan sejumlah tempat di Jawa Barat. Bisnis yang ditekuni sejak tahun 1970-an itu ternyata cukup tahan banting di tengah deraan krisis ekonomi di Indonesia serta mampu menghidupi keluarga, termasuk penyokong utama ke-4 putra mereka hingga tamat dari perguruan tinggi.
Hal senada diungkapkan Mulyawan, seorang pengusaha krupuk unyil di Sidoarjo. Selain meningkatkan kualitas krupuk, Mulyawan memanjakan pelanggan dengan berbagai cara. “Kami melayani penjualan melalui internet. Sehingga mereka yang berada di luar kota atau luar negeri, dapat membeli melalui jasa ini. Juga melayani pembelian secara tunai di beberapa outlet, swalayan atau pasar-pasar tradisional yang tersebar di Surabaya maupun Sidoarjo,” katanya. Ada sejumlah kemasan krupuk yang dijual ke pasaran seperti kemasan harga Rp 5.000 sampai Rp 50.000, juga yang dijual dalam kondisi mentah dengan harga relatif murah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar