OLEH: AGUS SALAM
Selama ini, petani sering dikondisikan sebagai konsumen aktif daripadi produsen plus. Padahal, bila pemerintah serius membidik pertanian organik, kelangkaan pupuk mungkin tidak pernah terjadi di berbagai daerah di negeri agraris ini. Ketua II Maporina (Masyarakat Pertanian Organik) dan Kepala Pusat Standardisasi dan Akreditasi Departemen Pertanian, Ir Syukur Iwantoro, MS, MBA menilai, pertanian organik justru dapat dijadikan solusi alternatif mengatasi kelangkaan pupuk. Selain itu, dapat menekan sering terjadinya ketergantungan petani terhadap pupuk kimia sampai gagal panen.
’’Saya yakin, dengan model pertanian organik tidak akan ada lagi ketergantungan petani terhadap pupuk non organik atau pupuk kimia yang sering dipermainkan para distributor," tegas Iwantoro. Sebagai sistem pertanian terpadu yang selaras dengan alam, lanjut Iwantoro, pertanian organik justru lebih mendukung pertanian yang sehat dan tetap terjaga kelestarian lingkungan.
Dengan pertanian organik yang digarap terpadu, petani tetap memiliki lahan untuk bertani, memiliki ternak sebagai penghasil pupuk plus penghasil daging dan susu. Saat ini, para petani lebih sering menjadi konsumen daripada produsen. Dengan sistem pertanian konvensional, petani tetap dikondisikan menjadi konsumen terlemah dalam memenuhi kebutuhan pupuk dan obat-obatan. Sedangkan harga pestisida diatur oleh pabrik dan bahkan para distributor. Petani seharusnya menjadi produsen dan berhak menentukan harga dari hasil yang diproduksi.
Sementara Mentan, Anton Apriantono mengaku, pemerintah mendukung terus pengembangan pertanian organik
Dalam sebuah workshop yang digelar Masyarakat Pertanian Organik (Maporina) di Jakarta belum lama ini, Mentan Apriantono mengaku, untuk mencapai target itu, Deptan sudah menyiapkan sejumlah kebijakan. Antara lain merevitalisasi penyuluh pertanian, penyelamatan kehilangan hasil panen saat penanganan pasca panen, subsidi APBN untuk benih dan dukungan modal maupun subsidi ketersediaan pupuk serta sarana produksi bagi petani.
Khusus pertanian organik, pemerintah sangat peduli terhadap produk-produk yang bebas residu kimia hingga
Meski begitu, sebut Mentan Apriantono, pembangunan pertanian organik masih tetap dihadang kendala serius. Antara lain, keterbatasan dan penurunan kapasitas sumber daya pertanian, lemahnya sistem alih teknologi yang kurang tepat sasaran, terbatasnya akses layanan usaha berupa modal, panjangnya rantai tata niaga dan belum adilnya sistem pemasaran, rendahnya kualitas, mentalitas dan keterampilan sumber daya petani. Yang terparah justru belum adanya kebijakan makro yang berpihak pada petani.Namun, sektor pertanian tetap menjadi tumpuan harapan tidak hanya dalam upaya menjaga ketahanan pangan, penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, penyumbang devisa dan pertumbuhan ekonomi nasional. Devisa dari sektor pertanian dan usaha lain yang berbasis pertanian diharapkan meningkat dari sekitar 7,8 milyar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar