Bagi masyarakat Jawa Timur, nama Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan (Pusdakota), sudah sangat akrab dikenal, terutama di kalangan pemerintahan dan beberapa komunitas. Eksistensi Pusdakota mendapat simpati luas dari masyarakat berkat sejumlah program andalan yang selama ini digelontor.
Meski cikal bakal Pusdakota itu lebih fokus mengatasi masalah sampah, tetapi dalam perkembangannya ternyata lebih detail menyentuh kepentingan hidup banyak orang. Antara lain, Pengelolaan Lingkungan Terpadu (PELITA) dengan sub program Pengelolaan Lahan Sempit Perkotaan, Manajemen Sampah, Kewirausahaan Sosial berbasis Kearifan Lingkungan. Selain itu, ada Program Pengembangan Karakter Warga yang terdiri dari sub program Pengembangan Karakter Anak (PEKA), Program Pengembangan Keluarga Sehat (PKS), Program Pengembangan Karakter Kaum Difable (CONFIDENT), Perpustakaan Komunitas dan Institute of Participatory Learning (INSPIRE) yang fokus memberi pelatihan dan konsultasi pengembangan sumber daya manusia.
Sejak dibentuk pada 1 November 2000, Pusdakota sudah membangun dialog karya bersama komunitas lain di kampung-kampung. Sejarah Pusdakota erat kaitan dengan komunitas RT 10 RW 6 (kini RT 4/RW 14) Rungkut Lor, Kalirungkut,
Sejumlah tokoh masyarakat seperti Muhdi dan Saiful Bahri bersama warga dan staf Pusdakota dipaksa untuk mengatasi masalah sampah sejak dini dengan pendekatan teknososial. Masalah lingkungan tidak mungkin terpecahkan lewat teknologi semata, tetapi yang terpenting membangkitkan kesadaran warga tentang menjaga lingkungan yang bersih, sehat dan bebas sampah.
Pusdakota bersama semua warga membuat model percontohan pengelolaan sampah terpadu. Kaum muda bertugas mengangkut sampah ke lokasi pengolahan milik Pusdakota, lalu kaum ibu menyortir sampah organik dan anorganik sejak dari dapur. Sedangkan anak-anak berperan sebagai polisi lingkungan dengan mengingatkan orang tua memilah sampah sejak di dapur. Sampah organik di graha kompos Pusdakota diolah jadi kompos dengan metode open windrow.
Para pemuda pioneer di bidang sampah dari RT 10, yakni Arief, Badi, Luddin telah memiliki keahlian yang bisa diandalkan untuk memproduksi pupuk organik berkualitas, dari sampah rumah tangga, mulai dari komposting, pengepakan, pemberian label dengan cara sablon dan uji kompos. Mereka bukan pakar yang berasal dari perguruan tinggi tapi warga kampung Rungkut Lor. Namun pengalaman induktif di bidang pengolahan sampah membuat mereka kerap diundang sebagai pembicara di bidang waste management.
Warga kampung ini juga membuat model pengolahan lahan kosong dengan tanaman toga yang produktif. Sejak tahun 2000 hingga kini pemisahan sampah dan pemanfaatan lahan sempit konsisten dilakukan. Kini Pusdakota bersama warga sekitar menjadi rujukan study kompos dan lingkungan hidup. Selain dari
Jumat
Pusdakota Miliki Relawan Asing
OLEH: WURI WIGUNANINGSIH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar