Rabu

Jangan Jadikan Uang Sebagai Tumpuan

H Matrai
Merintis usaha dari nol tanpa modal tapi berbekal kerja keras. Itulah ikhwal perjuangan H Matrai merintis usaha kerajinan tangan dan furniture di Bali. Berbekal segudang pengalaman, pria yang sederhana dan rendah hati ini membeberkan kiat-kiat usahanya. Ikutilah petikan wawancaranya:

Apa motivasi Anda untuk berwirausaha?
Saat tahun 1986, ada pilihan hidup bagi saya, pulang kampung ke Madura, ikut merantau dengan kakak ke Jakarta, atau transmigrasi. Namun saya tidak pilih semuanya. Justru saya bertemu dengan Rosidi, orang Lombok yang menawari saya untuk berdagang. Saat itu, saya tidak ada motivasi apapun. Yang penting nanti saya senang dan anak saya juga senang.

Bagaimana trend usaha furniture, meubel Anda ke depan?
Sampai sekarang usaha ini cuma menjual hasil kerajinan yang diproduksi teman saya di Lombok itu. Hanya kerajinan dari rotan saja yang diproduksi di sini. Namun tren tamu sekarang banyak yang membeli langsung dari produsen di Jawa atau tempat lain. Asumsi tamu tersebut (apalagi seperti pelanggan saya seperti Perancis, Italia, Amerika dan Inggris) akan mendapatkan harga termurah dengan kualitas terjamin apabila bisa bertemu dan bertatap muka dengan pemilik apalagi dapat mengetahuinya prosesnya secara langsung. Bahkan kebijakan pemerintah sekarang juga membolehkan orang asing untuk bersaing dengan pengusaha lokal.

Kenapa Anda tidak memproduksi sendiri?
Biaya produksi tidak cukup, beda dengan di Jawa dan Lombok. Ongkos produksi masih rendah. Di kota besar seperti Denpasar misalnya, biaya hidup cukup tinggi sehingga untuk memperoleh harga barang yang bisa bersaing harus mengurangi biaya yang tidak dianggap perlu. Untuk pengadaan barang, saya kerjakan orang lain, salah satunya dari Lombok itu. Bahkan anak saya sudah dapat melebarkan pengadaan barang hingga ke Jawa dan daerah lain, agar harga bisa kompetitif. Di sini kita cuma finishing (plitur, penambahan warna, dsb).

Apakah ada bantuan modal dari pemerintah?
Tidak ada. Namun saya sempat meminjam modal di BRI. Sekarang usaha seperti ini sudah menjamur. Tidak seperti di Jerman. Saya diberi tahu oleh menantu saya (kebetulan anak keempat mendapat suami dari orang Jerman). Perusahaan apapun di Jerman harus ijin dahulu ke pemerintah sebelum berproduksi. Jika barang produksi telah memenuhi target pasar, produsen dilarang produksi lagi, malah pemerintah akan menggaji pengusaha bila keadaan sepi. Hal ini dilakukan agar stok barang di pasar tidak membludak. Seperti prinsip ekonomi, jika barang banyak dan pembeli berkurang, otomatis harga barang akan turun, begitu sebaliknya. Seharusnya pemerintah kita bisa meniru kebijakan Jerman tersebut, bukan rakyat kecil yang bicara.

Seperti apa prinsip kerja yang Anda terapkan ke karyawan?
Pokoknya anak buah saya senang, saya juga senang. Uang jangan dijadikan tumpuan. Kita hidup tidak semata-mata mengejar materi. Mati pun hanya memakai kain mori, harta benda kita akan ditinggal. Meski saya punya lima artshop di Kuta, semuanya saya serahkan kepada masing-masing anak saya untuk mengelola.
(Pewawancara: Didik Purwanto)

BIODATA:
Nama : H. Matrai
Asal/Usia : Madura, 60 tahun
Pengalaman : Sesepuh & Pendiri Yayasan At Taubah Masjid Suci Pekambingan
Istri : Hj. Masriyah
Anak : 5 orang perempuan semua
Alamat : Matrai Shop Jl. Batanta 7A/ 6 Denpasar telp. 0361 240521

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung