Rabu

Wayang & Topeng Gambar Watak Nan Kaya

A Prayitno
Akulturasi budaya dapat dilihat melalui hasil karya seni baik yang bersifat religius magis maupun popular. Salah satu hasil karya masyarakat lokal yang juga mendapatkan pengaruh dari beraneka macam budaya adalah wayang dan topeng. Persebaran wayang dan topeng ada di setiap wilayah Nusantara dengan beragam tokoh, watak, karakter dan tampilan. Budayawan sekaligus kolektor wayang dan topeng yang tinggal di Bali, Prayitno, memaparkan bentuk akulturasi wayang dan topeng Jawa–Bali kepada wartawan koran ini.

Sejak kapan wayang berkembang di Jawa dan Bali?

Kemunculan wayang di Jawa dan Bali seiring dengan kemunculan budaya Hindu–Buddha dalam kehidupan masyarakatnya. Sejak munculnya Ramayana dan Mahabharata di sini, itulah munculnya wayang.

Adakah bentuk akulturasi dalam wayang?
Ya tentu saja ada. Misalnya, wayang Jawa dan Bali merupakan hasil akulturasi dari budaya India dengan tradisi masyarakat setempat, hal ini diwujudkan dalam jalan cerita pertunjukan dan filosofi kisah Ramayana dan Mahabharata. Dalam dunia pewayangan Bali selain bercerita tentang kedua kisah tersebut, terdapat juga upaya mendukung upacara adat setempat.

Apa perbedaan antara wayang Bali dan wayang Jawa?

Tokoh–tokoh pewayangan Jawa dan Bali memiliki bentuk fisik yang berbeda serta gaya gerak yang berbeda pula dalam pementasan tetapi sifat dan karakternya nyaris sama. Secara umum bentuk dan penokohan wayang masing–masing daerah memiliki pakem tertentu yang harus diikuti oleh para dalang, tetapi tetap akan dipengaruhi oleh latar belakang senimannya. Contohnya tokoh Bima. Bima di Jawa dan Bali bentuknya pasti berbeda tapi nama, tokoh dan karakternya pasti sama

Bagaimana dengan seni topeng?

Di dalam seni topeng, akulturasi budaya yang terbentuk tidak dapat kita pastikan secara jelas. Yang berpengaruh besar adalah latar belakang budaya si seniman. Ada beberapa jenis topeng yang merupakan hasil dari budaya animisme masyarakat setempat tanpa percampuran dengan budaya lain. Contoh nyata ada pada pertunjukan topeng Reog Ponorogo. Selain berfungsi sebagai pertunjukan topeng juga dapat dipersonifikasikan sebagai penghormatan terhadap leluhur dengan membuatkan topeng yang mirip dengan raut wajah orang yang telah meninggal.

Ada Berapa macam seni wayang dan topeng di Jawa dan Bali?
Banyak, di Jawa saja ada bermacam–macam seperti wayang purwo, wayang krucil, wayang wahyu, wayang golek. Dan setiap wayang memiliki macam-acam jenis. Setiap daerah memiliki karakter sendiri–sendiri. Topeng tergantung pada kreatifitas senimannya. Di Bali, topeng sangat erat kaitannya dengan adat sehingga dari zaman ke zaman selalu ada dan tidak terputus, kalau di Jawa tidak, topeng pertunjukkan ada sisi–sisi sebuah zaman yang terputus. Maksudnya karakter dari sebuah topeng yang diciptakan apalagi sudah dipentaskan dan terkenal akan hilang saat sang seniman meninggal. Itu tidak pernah ditulis sehingga sekarang saya mengalami kesulitan dalam mencari keakuratan.

Apakah ada perubahan yang terjadi dalam seni topeng dan wayang?

Seiring perkembangan zaman, wayangpun terus berkembang, saat ini masyarakat telah disuguhi oleh wayang yang bentuknya sudah menyerupai sang tokoh yang disebut wayang suluh dan ini biasanya sang dalang melakonkan kondisi sosial masyarakat setempat. Berbeda dengan wayang, topeng tidak mengikuti aturan khusus dalam pembuatan maupun pertunjukannya sehingga banyak dipengaruhi oleh latar belakang senimannya. Sepanjang tidak bersinggungan dengan agama dan tradisi masyarakat setempat. Seni pertunjukan topeng merupakan kreatifitas seniman dalam menceritakan apa yang terjadi di masyarakat baik itu berupa kritik sosial atau bahkan merupakan suatu penghormatan kepada tokoh–tokoh yang telah berjasa kepada masyarakat.

Mengapa anda merasa terpanggil mengoleksi topeng dan wayang se-Nusantara?
Kenapa saya menekuni wayang dan topeng karena di dalam wayang dan topeng itu menggambar filsafat soal perilaku manusia, watak, sikap hidup manusia, kepribadian yang sangat kental. Sekarang banyak orang meninggalkan wayang dan topeng karena tidak mengasyikan dan menarik. Padahal kalau kita amati secara historis karakter wayang ciptaan leluhur kita itu sangat luar biasa.
(Pewawancara: Roro Sawita)

BIODATA:
Nama : A Prayitno
Umur : 61 Tahun
Asal : Bojonegoro, Jatim
Kolektor Rumah Topeng dan Wayang di Kampung Seni Kubu Bingin, Jl Tegal Bingin Banjar Tengkulak Mas, Desa Kemenuh, Sukawati, Gianyar.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung