Rabu

Gunakan Trik Tarik Penonton Kesenian Tradisional

Drs Suprawoto
Kesenian tradisional di daerah perkotaan mulai tersingkir dari dunia hiburan akibat kemajuan informasi dan teknologi. Minat kaum muda mendalami atau mempelajari warisan seni budaya tradisional leluhur kian berkurang. Mereka menganggap kesenian tradisional itu ndeso dan kuno. Suatu saat ludruk, ketoprak atau wayang, baik wayang kulit maupun wayang orang yang menjadi ciri khas orang Jawa akan ditinggalkan generasi muda. Untuk melestarikan seni budaya tradisional Jawa, UPTD (Unit Pelaksana Tehniks Daerah) THR (Taman Hiburan Rakyat) Surabaya eksis menyajikan hiburan kesenian tradisional dengan metode baru untuk mendekatkan kaum muda kepada khasanah seni budaya leluhur. Berikut petikan wawancara media ini dengan Kepala UPTD THR Surabaya, Drs Suprawoto mantan dalang dan tokoh semar dalam ketoprak.

Mengapa kesenian tradisional seperti ludruk atau ketoprak kurang diminati generasi muda?

Bagaimana kesenian tradisional akan populer di tengah generasi muda kita? Tampil saja mereka tidak pernah. Beda dengan kesenian modern yang sering tampil di berbagai macam media sehingga sangat populer di tengah masyarakat. Kesenian tradisional tidak pernah tampil, karena tidak ada dana atau sponsor yang mendukung untuk dipentaskan atau dikembangkannya kesenian tersebut. Ya, karena menurut para sponsor, kesenian tradisional tidak bisa dijual. Lain dengan kesenian modern.

Bukankah kesenian tradisional masih punya nilai jual?

Begini, kita bicara lebih mengkerucut di kota Surabaya. Pusat pagelaran atau pementasan kesenian tradisional adalah di THR. Tahun 70-an, tempat ini sangat populer di tengah masyarakat. Sejak awal 80-an, sedikit demi sedikit kejayaan THR mulai turun. Bahkan sejak tahun 90-an, THR mati. Tidak pernah ada pagelaran, karena memang tidak ada yang menonton. Jika dibandingkan antara pementasan kesenian tradisional dan modern, dana yang dikeluarkan jelas banyak tradisional. Karena kru untuk sekali pementasan atara 60-70 orang. Beda dengan kesenian modern. Jumlah krunya sedikit, sehingga penghasilan masing-masing anggotanya banyak. Tapi sebaliknya dengan kesenian tradisional. Kalau tidak ada penonton, otomatis kru tidak akan mendapat bayaran. Padahal biasanya untuk hidup, mereka hanya mengandalkan pementasan. Karena tuntutan hidup pula, mereka akhirnya memilih untuk mencari pekerjaan lain. Kalau begini, otomatis lama kelamaan kesenian tradisional akan musnah.

Apa strategi yang tepat untuk mempopulerkan kembali kesenian tradisional agar tidak hilang?

Sesungguhnya, dalam hal ini penonton menjadi ujung tombak. Program yang saya terapkan ini syukur sudah mulai terlihat hasilnya. Meskipun belum sesuai dengan yang diinginkan. Tidak mungkin kalau kita mencari dana untuk pementasan. Sponsor akan berpikir berkali-kali lipat untuk memberi dana, kalau tidak ada penontonnya. Karena itulah, saya simpulkan harus mengumpulkan dahulu penonton. Caranya dengan menarik tiket yang sangat murah dan mereka kita iming-imingi hadiah. Dan, hasilnya memang sesuai dengan harapan. Penonton mulai memadati setiap pertunjukan yang diadakan di THR. Mulai wayang, ludruk sampai ketoprak. Sedikit demi sedikit, sponsor mulai masuk. Ini tentu saja akan meningkatkan penghasilan kru dari kelompok kesenian tradisional tersebut. Jika ini telah berjalan dengan baik, lambat atau cepat pasti akan regenerasi di kalangan pelaku kesenian tradisional.

Apa sisi kualitas kesenian tradisional yang ditingkatkan untuk menarik minat masyarakat?

Kita berusaha setiap kali tampil, tema cerita yang kita bawa harus sesuai dengan perkembangan permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Ya tentunya tidak keluar dari pakem yang sudah ada. Tentu saja pandai-pandainya si pelaku kesenian tradisional mengkombinasikan atara nilai-nilai dan norma dengan permasalahan yang ada di tengah masyarakat kita. Karena untuk membangunkan sesuatu yang sudah tidur, supaya kembali berjaya serta regenerasi, memerlukan proses yang cukup panjang dan dana yang banyak. Dan itu yang sedang kita rintis. Satu lagi, untuk melestarikan kesenian tradisional dan supaya kesenian tersebut bisa dicintai oleh generasi muda, pendidikan yang berhubungan dengan kesenian tradisional harus intensif digalakkan. (Pewawancara: Wuri Wigunaningsih)

BIODATA:
Nama : Drs Suprawoto
Pekerjaan : Dalang wayang kulit
Pemain ketoprak
Kepala UPTD THR Surabaya

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung