Selasa

Air Rendaman Tali Pusar Menyembuhkan

Ari-Ari Diyakini Saudara Kandung Bayi
OLEH: WURI WIGUNANINGSIH & HERNAWARDI

Setiap bayi yang lahir ke dunia, selalu diiringi dengan keluarnya tali pusar (ari-ari). Menurut dunia medis, ari-ari merupakan jalan makan bagi janin ketika berada dalam kandungan ibu. Ari-ari ini akan keluar mengikuti si bayi saat lahir ke dunia.
Masyarakat Jawa-Bali meyakini, ari-ari ini sebagai saudara kandung bayi yang dilahirkan. Karena itulah, ari-ari tersebut harus diperlakukan baik seperti halnya bayi yang telah lebih dulu lahir. Berbagai prosesi upacara budayapun dilakukan sebagai simbol penghargaan bagi ari-ari tersebut. Jika tidak mereka yakin hidup si bayi di masa depan akan banyak halangan dan malapetaka selalu menyertainya, kata Rozak, pengamat budaya Jawa.
Prosesi pertama yang harus dilakukan terhadap ari-ari adalah
mencucinya sampai bersih. Yang melaksanakan prosesi ini harus ayah si bayi. Jika tidak ada, boleh kakek atau saudara lainnya. Tapi yang lebih baik adalah si ayah. Setelah dicuci bersih, ari-ari diletakkan dalam kendi yang terbuat dari tanah dan diberi garam sebanyak-banyaknya. Tujuannya adalah supaya tidak berbau amis. Dalam kendi tersebut juga diletakkan berbagai macam barang-barang yang mempunyai makna sendiri-sendiri seperti kertas yang ditulis nama si bayi. Tujuannya supaya si anak menjadi anak yang pandai. Kemudian diberi jarum atau silet yang bermakna untuk melindungi si bayi dari segala macam bahaya dan agar daya pikirnya setajam silet atau jarum. Benda lain yang diikut sertakan dalam ari-ari itu terkadang disesuaikan dengan jenis kelamin si bayi. Misalnya bayi perempuan disertai kaca dan benang agar si bayi pandai berdandan dan menjahit. Jika sudah dianggap lengkap, kendi tersebut dibungkus kain dan dikumandangkan adzan.
“Kemudian kendi tersebut ditanam di depan rumah dengan harapan si anak kelak menjadi yang terdepan dalam perjalanan hidupnya. Untuk bayi laki-laki, sebaiknya ari-ari ditanam di sebelah kanan, karena tanggung jawab laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan sedangkan untuk perempuan di sebelah kiri,”terang Rozak.
Setelah ditanam, tempat ari-ari tersebut ditanam diberi kurungan dan diberi lampu sebagai penerangan di malam hari supaya tidak dirusak binatang, seperti anjing, tikus atau kucing. Sedangkan lampu terang yang menyinari ari-ari tesebut diyakini sebagai jalan terang masa depan bagi si bayi. Hal ini harus dilakukan selama tiga bulan. Konon menurut beberapa orang, jika ari-ari tidak diberi penerangan, si bayi akan menangis terus-menerus. Lain halnya dengan kepercayaan masyarakat Sasak, Lombok. Menurut Inaq Nurmayani, warga Dasan Geres, Lombok Barat bagian selatan ini, tali pusar yang selama 9 hari baru bisa putus dari pusar anak itu sendiri, langsung dibungkus, diikat dengan tali dan digantungkan pada penjemuran baju halaman rumah. Menurut kepercayaan orangtuanya dulu, jika anak kelak memakai pakaian akan tetap pantas dan cocok di badannya, senang dipandang dan penampilannya cukup menarik. “Selain itu, jika anak tersebut sewaktu-waktu sakit seperti panas, pilek, demam atau batuk, rendamkan saja tali pusarnya itu dan langsung diminumkan, Insya Allah penyakitnya sembuh, “terang Inaq beranak satu ini.
Lanjut Inaq, untuk tali pusar laki-laki ada keyakinan bisa dibuang di kali atau di laut. Maksudnya jika kelak dewasa akan pandai menjaga diri, mandiri dan berkelana ke dunia luas untuk mencari pekerjaan maupun menuntut ilmu. Sedangkan untuk perempuan, lebih baik ditanam di depan pintu atau di lingkungan rumah. “Maksudnya supaya anak itu tidak jadi liar dan keluyuran. Tidak bagus kalau anak perempuan keluyuran. Apa kata orang,” jelasnya.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung