Sabtu

Empat Kali Kawin, Tua Di Panti Jompo

Papuk Murtam Lansia Tertua

Papuk (Kakek, Red) Murtam asal Dusun Tenganan, Desa Gerunung, Praya, Lombok Tengah satu di antara 100 penghuni Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Puspakarma Mataram yang terbilang paling lama tinggal di panti tersebut. Bayangkan Papuk Murtam sudah tinggal sejak berdirinya panti ini tahun 1976. Namun Papuk renta yang usianya 100 tahun lebih ini merasa betah tinggal di panti jompo.

“Saya betah tinggal di sini karena kami dilayani seperti keluarga sendiri baik dari kebutuhan makan, hingga ke pelayanan yang tak mampu kami jalankan sendiri,” ujar Papuk Murtam yang pendengarannya sudah tak jelas lagi.

Papuk Murtam dulunya adalah seorang petani. Ia pilih tinggal di panti jompo karena empat anaknya sudah tak mampu lagi untuk merawatnya. Lalu, ia minta tinggal di PSTW Puspakarma Mataram. “Saat itu keadaan di panti masih berupa kebun yang belum banyak dibangun tempat tinggal. Penghuninyapun masih sedikit,” ujar Papuk 5 orang cucu ini.

Papuk Murtam sudah 4 kali kawin ini dan sempat jatuh cinta dengan sesama lansia di panti ini. Lalu keduanya pun sempat menikah dan tinggal bahagia di panti tersebut. Kini isterinya telah kembali ke alam baka. “Saya tetap senang di sini. Pengasuhnya sabar, ikhlas dan baik-baik,” katanya.

Beda dengan Papuk Murtam, nenek Mariam (70 tahun) baru dua bulan tinggal di Panti Sosial Wana Seraya, Jl Gemitri 66, Denpasar. Awalnya wanita asal Banten, Jawa Barat ini mengadu nasib di Bali sekitar tahun 1991. Karena dimakan umur, Mariam disarankan teman-temannya untuk tinggal Panti Jompo Wana Seraya. “Saya berdua dengan anak saya, dia masih kerja di Denpasar dan juga tidak memiliki tempat tinggal serta gajinya hanya cukup untuk biaya hidupnya. Meski begitu, anak saya sering mengunjungi saya," kata Mbah Mariam yang mengaku betah tinggal di sana. (Hernawardi & Heni Kurniawati)

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung