Sejak ratusan tahun lalu, nenek moyang bangsa Indonesia terkenal pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam tumbuh-tumbuhan tradisional, akar-akaran, dan bahan alami lainnya diracik sebagai ramuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. “Ramuan-ramuan tersebut digunakan untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit dan sebagian untuk mempercantik diri,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) V Gabungan Pengusaha (GP) Jamu dan Obat Tradisional Indonesia di Istana Negara, Kamis (12/4).
“Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan nenek moyang kita secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga jaman kita sekarang ini. Jamu dan obat-obatan tradisional telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia,” tegas Presiden di hadapan 300 undangan.
Menurut Presiden SBY, Indonesia menjadi salah satu pusat tanaman obat di dunia. Ribuan jenis tanaman tropis tumbuh subur di seluruh pelosok negeri. Hanya saja, belum semua jenis tanaman itu diketahui manfaat dan khasiatnya. ‘’Kita hanya berkeyakinan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan semua jenis tumbuhan itu dengan tujuan yang baik. Suatu saat kita dapat mengetahui manfaat dan kegunaannya. Oleh karena itu, kita perlu melakukan konservasi sumber daya alam agar jangan ada jenis tanaman yang punah,” pesan Presiden SBY.
Seperti dilansir www.presidensby.info, belakangan ini, sebut Presiden SBY, ada berbagai jamu dan obat tradisional yang diproduksi secara bebas dan tidak bertanggungjawab. Beredarnya jamu dan obat-obatan yang tidak terdaftar di BPOM, selain merugikan konsumen juga membahayakan rakyat. Secara ekonomi, beredarnya obat-obatan itu justru merusak citra sekaligus memukul produksi dan pemasaran obat-obatan di dalam maupun luar negeri, tegas Presiden SBY.
Karena itu, Presiden SBY menganggap peran serta BPOM sangat penting untuk mencegah beredarnya obat-obatan yang tidak memenuhi standar kesehatan. “Pemerintah terus berusaha melakukan pengawasan demi meningkatkan kemanan, mutu, dan manfaat obat tradisional. Hal itu kita lakukan agar masyarakat terlindung dari obat tradisional yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan,” jelas Presiden.
Kepada para pengusaha jamu Presiden menghimbau agar obat tradisional terus diteliti dan dikembangkan. Melalui pengembangan dan penelitian yang cermat dan teliti, jamu dan obat tradisional dapat diarahkan untuk menjadi obat yang dapat diterima dalam pelayanan kesehatan formal. ‘’Memang harus kita akui, bahwa para dokter dan apoteker hingga saat ini belum dapat menerima jamu sebagai obat yang dapat mereka rekomendasikan kepada para pasiennya. Akibatnya, pemasaran produk jamu tidak dapat menggunakan tenaga detail seperti pada obat modern,” ujar Presiden.
Sementara Menkes, Siti Fadillah Soepari menyatakan, dalam 20 tahun terakhir, di tingkat global sudah ada peningkatan perhatian dunia terhadap obat-obatan dan bahan alam atau obat tradisional, baik di negara berkembang maupun negara maju. “Badan Kesehatan Dunia, WHO menyebutkan bahwa sekitar 65 persen dari penduduk negara-negara maju telah menggunakan pengobatan tradisional di mana di dalamnya termasuk penggunaan obat-obatan bahan alam,” kata Siti Fadillah.
Menkes menjelaskan, potensi alam Indonesia cukup besar untuk menunjang eksistensi dan perkembangan obat tradisional, di samping tren dunia yang cenderung menggunakan obat-obatan alami. Hanya saja, era perdagangan bebas menjadi peluang khusus plus ancaman terhadap dunia usaha obat tradisional. “Hal ini harus segera diantisipasi agar dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk kepentingan kesehatan dan ekonomi bangsa Indonesia,” ujar Siti.
Usai acara, Presiden dan Ibu Ani menyempatkan minum jamu racikan sejumlah penjual jamu gendongan. Presiden SBY menilai, belakangan ini tampak adanya tren hidup baru, tren hidup sehat pada masyarakat untuk menggunakan produk yang berasal dari alam. Karena itu jamu dan obat tradisional perlu didorong untuk menjadi salah satu pilihan pengobatan di Indonesia, dan menjadi komoditas unggulan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat serta menjadi peluang kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan.
Munas V GP Jamu 2007 yang digelar di Ballroom Hotel Sahid Jaya Jakarta diikuti sekitar 300 peserta, wakil DPD GP Jamu dari 16 propinsi itu mengusung tema Melestarikan Jamu Sebagai Warisan Leluhur Dengan Meningkatkan Mutu dan Daya Saing Dalam Menyongsong Harmonisasi Standarisasi Obat Tradisional ASEAN. Hadir Menteri Negara Riset dan Teknologi/Kepala BPPT, Kusmayanto Kadiman, Menteri Perdagangan, Mari E Pangestu, Ketua Kadin MS Hidayat, Ketua Umum GP Jamu, Charles Saerang, Ketua BPOM Husniah R Thamrin, serta para pengusaha yang bergerak di bidang jamu dan obat tradisional.
“Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan nenek moyang kita secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga jaman kita sekarang ini. Jamu dan obat-obatan tradisional telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia,” tegas Presiden di hadapan 300 undangan.
Menurut Presiden SBY, Indonesia menjadi salah satu pusat tanaman obat di dunia. Ribuan jenis tanaman tropis tumbuh subur di seluruh pelosok negeri. Hanya saja, belum semua jenis tanaman itu diketahui manfaat dan khasiatnya. ‘’Kita hanya berkeyakinan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan semua jenis tumbuhan itu dengan tujuan yang baik. Suatu saat kita dapat mengetahui manfaat dan kegunaannya. Oleh karena itu, kita perlu melakukan konservasi sumber daya alam agar jangan ada jenis tanaman yang punah,” pesan Presiden SBY.
Seperti dilansir www.presidensby.info, belakangan ini, sebut Presiden SBY, ada berbagai jamu dan obat tradisional yang diproduksi secara bebas dan tidak bertanggungjawab. Beredarnya jamu dan obat-obatan yang tidak terdaftar di BPOM, selain merugikan konsumen juga membahayakan rakyat. Secara ekonomi, beredarnya obat-obatan itu justru merusak citra sekaligus memukul produksi dan pemasaran obat-obatan di dalam maupun luar negeri, tegas Presiden SBY.
Karena itu, Presiden SBY menganggap peran serta BPOM sangat penting untuk mencegah beredarnya obat-obatan yang tidak memenuhi standar kesehatan. “Pemerintah terus berusaha melakukan pengawasan demi meningkatkan kemanan, mutu, dan manfaat obat tradisional. Hal itu kita lakukan agar masyarakat terlindung dari obat tradisional yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan,” jelas Presiden.
Kepada para pengusaha jamu Presiden menghimbau agar obat tradisional terus diteliti dan dikembangkan. Melalui pengembangan dan penelitian yang cermat dan teliti, jamu dan obat tradisional dapat diarahkan untuk menjadi obat yang dapat diterima dalam pelayanan kesehatan formal. ‘’Memang harus kita akui, bahwa para dokter dan apoteker hingga saat ini belum dapat menerima jamu sebagai obat yang dapat mereka rekomendasikan kepada para pasiennya. Akibatnya, pemasaran produk jamu tidak dapat menggunakan tenaga detail seperti pada obat modern,” ujar Presiden.
Sementara Menkes, Siti Fadillah Soepari menyatakan, dalam 20 tahun terakhir, di tingkat global sudah ada peningkatan perhatian dunia terhadap obat-obatan dan bahan alam atau obat tradisional, baik di negara berkembang maupun negara maju. “Badan Kesehatan Dunia, WHO menyebutkan bahwa sekitar 65 persen dari penduduk negara-negara maju telah menggunakan pengobatan tradisional di mana di dalamnya termasuk penggunaan obat-obatan bahan alam,” kata Siti Fadillah.
Menkes menjelaskan, potensi alam Indonesia cukup besar untuk menunjang eksistensi dan perkembangan obat tradisional, di samping tren dunia yang cenderung menggunakan obat-obatan alami. Hanya saja, era perdagangan bebas menjadi peluang khusus plus ancaman terhadap dunia usaha obat tradisional. “Hal ini harus segera diantisipasi agar dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk kepentingan kesehatan dan ekonomi bangsa Indonesia,” ujar Siti.
Usai acara, Presiden dan Ibu Ani menyempatkan minum jamu racikan sejumlah penjual jamu gendongan. Presiden SBY menilai, belakangan ini tampak adanya tren hidup baru, tren hidup sehat pada masyarakat untuk menggunakan produk yang berasal dari alam. Karena itu jamu dan obat tradisional perlu didorong untuk menjadi salah satu pilihan pengobatan di Indonesia, dan menjadi komoditas unggulan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat serta menjadi peluang kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan.
Munas V GP Jamu 2007 yang digelar di Ballroom Hotel Sahid Jaya Jakarta diikuti sekitar 300 peserta, wakil DPD GP Jamu dari 16 propinsi itu mengusung tema Melestarikan Jamu Sebagai Warisan Leluhur Dengan Meningkatkan Mutu dan Daya Saing Dalam Menyongsong Harmonisasi Standarisasi Obat Tradisional ASEAN. Hadir Menteri Negara Riset dan Teknologi/Kepala BPPT, Kusmayanto Kadiman, Menteri Perdagangan, Mari E Pangestu, Ketua Kadin MS Hidayat, Ketua Umum GP Jamu, Charles Saerang, Ketua BPOM Husniah R Thamrin, serta para pengusaha yang bergerak di bidang jamu dan obat tradisional.
Foto 1: Presiden SBY dan Ibu Ani serta Ketua Kadin mencicipi jamu gendongan usai pembukaan Munas V Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia di Istana Negara, Kamis (12/4) sore. (foto: Anung/presidensby.info)
Foto 2. Presiden SBY memukul gong tanda pembukaan resmi Munas V GP Jamu dan Obat Tradisional Indonesia di Istana Negara, Kamis (12/4). (foto: abror/presidensby.info)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar