Dalam suatu usaha pastilah ditemukan berbagai kendala. Namun dari kendala tersebut, akan muncul sikap kemandirian, keuletan, pantang putus asa dan akhirnya berbuah kesuksesan. Begitu pula dengan usaha kaum pendatang yang mengadu nasib di pulau Dewata ini.
Rusdiman, pria 35 tahun asal
Awalnya, bapak dari dua putra ini berjualan di depan lapangan Bajra Sandhi Renon. Namun sejak ada peraturan dilarang berjualan di lokasi tersebut, maka mau tidak mau, lelaki yang sering dipanggil Agus ini pun pasrah. Usahanya pun pindah di depan BRI Renon, masih di kawasan lapangan. Namun,
Tak hanya itu, istrinya juga cukup mendukung usaha suaminya. Selain mengurus kedua anaknya, tempurung kelapa sisa jualan, dibersihkan, dijemur dan dikirim ke Kuta. Satu biji dihargai 600 rupiah. “Katanya untuk dijadikan gelang, bingkai foto, aksesoris, pokoknya yang dipakai bule-bule itu,”jawabnya sambil tersenyum puas.
Beda dengan ibu Nyoman, wanita asli Denpasar ini berjualan lumpia yang dijajakan di lapangan Renon. Menyadari adanya larangan berjualan di lokasi tersebut, wanita yang tinggal di jalan Ahmad Yani Denpasar ini masih sering kucing-kucingan dengan petugas ketertiban. “Kemarin teman saya kena tangkap, ga tahu bagaimana nasibnya sampai sekarang,”ucapnya lirih.
Sabtu
Diusir, Mereka Cuma Pindah Tempat
OLEH: DIDIK PURWANTO
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar