Sabtu

Kipas Srikandi Hadang Kipas Cina

OLEH: BENNY ULEANDER

Nyoman Sukanta kini boleh tersenyum lega. Usaha kerajinan Kipas Srikandi yang ditekuninya sejak masa muda sudah berkembang dengan sebuah pabrik (workshop) di Jl Tukad Banyusari No. 99 dan sebuah showroom di Jl Raya Sesetan No 53 B, Denpasar. Putera ketiganya, Nyoman Benes, SE kini melanjutkan usahanya tersebut.
Benes digembleng sejak tahun 2003 dan usai menamatkan sarjana ekonomi di Universitas Warmadewa tahun 2004, Benes mulai konsentrasi mengembangkan bisnis kerajinan kipas warisan ayahnya. Setiap hari 18 karyawan produktif menghasilkan 200 buah kipas. Maklum, Kipas Srikandi ini sudah mempunyai pelanggan dan jaringan pasar tersendiri. “Kami promosi secara langsung ke hotel, travel dan artshop di Kuta sebagai gift kepada tamu,” ujar pria kelahiran Denpasar 9 Februari 1983.
Harga Kipas Srikandi berkisar dari Rp 5 ribu sampai Rp 750 ribu khusus untuk kipas dari kayu cendana. Saat ini ada persaingan dengan kipas buatan Cina yang amat murah dan sering dijual pedagang acung dengan harga miring Rp 1.500. Untuk menyiasati persaingan ini, pihaknya membuat kreativitas desain dengan motif lukisan burung, bisa diisi foto untuk souvenir pernikahan, dan aneka warna seperti hijau, biru, kuning, dan hitam. Tak jarang pihaknya mengerjakan model kipas sesuai dengan pesanan tamu. Bahan kipas dari kayu cendana, eboni (sulawesi selatan), kayu putih dan bengkel (Tabanan). Nyoman Benes mengaku pihaknya sering diundang menghadiri pameran di Jakarta, Surabaya, Batam yang difasilitasi oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Disperindag Kota. Obsesinya kini mempertahankan pasar lokal dan menerobos paar mancanegara via internet yang bisa diakes lewat situs www.dpn-hc.com.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung