Selasa

Penyebaran Narkoba Kian Ganas

Haruskah Siswa Tes Sampel Urin?
Saat ini, penyalahgunaan narkoba dan bahan-bahan aditif lainnya sudah masuk lingkup sekolah. Bahkan, para pelajar di kota Jakarta misalnya, 80 % di antaranya pernah mencicipi pil setan tersebut. Sementara transaksi narkoba di Bali sudah berkelas dunia. Banyak bule yang datang bertamasya sekaligus menjual narkoba. Narkoba jelas-jelas membunuh masa depan generasi muda di Papua. Tapi kenapa, narkoba belum dijadikan musuh nomor satu generasi muda di negeri ini? Kalakhar BNN Komjen (Pol) I Made Mangku Pastika menyatakan banyak remaja terjerumus dalam pemakaian narkoba karena coba-coba (94,5%), sisanya karena kesulitan mencari jati diri, menganggur, ajakan teman, dan alasan lainnya.
Selama ini untuk mencegah peredaran narkoba di lingkungan sekolah, pihak sekolah bekerja sama dengan kepolisian kerap menyelenggarakan razia mendadak. Tapi jurus penggeledahan tas atau ransel siswa ini sudah ‘basi’. Karena sampai saat ini memang belum pernah dijumpai adanya paket narkoba atau sejenisnya bila ada penggeledahan. Kadang-kadang penggeledahan bukan dalam rangka memberantas bahaya narkoba, tapi lebih sering demi kedisiplinan. Misalnya rasia HP yang terdapat gambar-gambar porno atau sejenisnya.
Salah satu langkah proteksi anak-anak kita dari sentuhan narkoba adalah lewat tes urin. Lembaga sekolah formal perlu mengawasi prilaku siswanya di tengah ancaman virus narkoba. Arsyad Idris,Kasi Kurikulum Subdin Dikmen, Diknas kota Mataram,NTB menilai tes urin harus dilihat dari segi urgensinya. Wacana tes urin bagi calon siswa di sebuah sekolah, menurut mantan pengawas Dikmen Diknas Kota Mataram, dapat membuat siswa yang ketahuan kecanduan atau mengonsumsinya bakal mendapat perlakuan berbeda. “Sebagai guru saya punya
kewajiban untuk mendidik anak secara umum tanpa harus melihat tingkah lakunya. Malah dampaknya tes urine itu nantinya, lembaga pendidikan hanya mendidik yang baik-baik saja. Unsur pendidikannya di mana. Dalam pendidikan itu tak boleh ada diskriminasi,” terangnya.
Sementara Rizky siswa SMA 16 Surabaya berpendapat cara mencegah pelajar dari bahaya narkoba lewat sosialisasi dan penyuluhan. Untuk lebih menyempurnakan penyuluhan, pihak sekolah bisa merangkul LSM yang aktif dalam kegiatan memberantas bahaya narkoba. Misalnya BNN, Granat dan LSM lainnya. Terkadang LSM-LSM ini, bekerjasama dengan sponsor untuk lebih menyemarakkan acara. Bahkan penyuluhan bisa dipadukan dalam kegiatan ekstrakulikuler. Mereka sering mementaskan teater bertemakan bahaya narkoba, lomba basket atau pentas seni lainnya yang mengusung tema anti narkoba.
“Kita senang sekali mendengar penyuluhan mereka, karena gaya mereka memberi penyuluhan itu enak sekali. Sesuai dengan gaya kita yang ABG ini,” kata Rizky. (W Wigunaningsih, Hernawardi & Indah Wulandari)

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung