Selasa

Permainan Sebagai ‘Laboratorium Bahasa’

PENGANTAR REDAKSI: Dunia anak-anak adalah dunia permainan. Pertumbuhan motorik, karakteristik emosional dan kesadaran intelektual tumbuh terasah lewat permainan. Sayang permainan di alam terbuka atau ruang terbuka di kota besr kian terkikis. Anak-anak kurang bersentuhan dengan realitas alam. Karena itu, orangtua perlu mengarahkan anak-anak menikmati permainan yang berciri positif dan mendidik. Apalagi saat ini tengah bertebar berbagai game permainan yang penuh dengan kekerasan dan dapat merusak mental anak. Masih aktualkah ruang terbuka sebagai ruang bermain anak-anak?

OLEH: WURI WIGUNANINGSIH
Dunia anak adalah dunia bermain khususnya bagi anak usia balita. Orangtua, harus pandai memilih jenis mainan yang cocok untuk perkembangan motorik maupun emosional anak. Jika salah memilih, bisa mengakibatkan perkembangan emosional anak mengalami gangguan.
Menurut Tari Sandjojo S Psi, orangtua harus memilih sarana bermain yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak. Khusus untuk balita, aspek kebersihan dan keamanan juga harus diperhatikan.
Misalnya jika seorang anak bermain perosotan, secara tidak langsung, motorik kasar anak akan diuji. Ia bisa menikmati sensasi ketinggian, terlebih ketika ia berada di ujung perosotan dan siap meluncur. Ketika ia menapaki anak tangga, si anak mulai belajar keseimbangan dan yang pasti berlatih tentang keteraturan. “Dia harus antri untuk menapai tangga. Kalau tidak, mereka akan bertabrakan dan tidak mungkin akan naik tangga serta mencapai puncak perosotan,” katanya.
Anak juga harus diperkenalkan pada permainan di pasir. Pilih
butiran pasir yang lembut dan halus serta tidak menempel di kulit.
Dengan memperkenalkan pasir pada anak, secara otomatis memperkenalkan tekstur kasar pada mereka. Terkadang anak juga diperkenalkan tentang panas dan dinginnya pasir. Tidak ketinggalan perubahan bentuk saat dicampur juga akan mereka pelajari. Dengan demikian, secara tidak langsung, memperkenalkan pelajaran ilmu alam pada seorang anak. Konsep bentuk benda bisa diajarkan ketika mereka bermain dalam kolam bola.
Yang terpenting dalam memilih mainan untuk anak-anak adalah dapat merangsang semua panca inderanya. Semakin banyak panca indera digunakan, sel-sel otak anak akan lebih banyak berkembang dari segi kualitas dan jumlahnya. Menurut Taufan Surana, pengelola situs BalitaCerdas.com, salah pilih mainan bisa runyam. Karena jika permainan terlalu rumit, bisa mengakibatkan anak stress. Hal ini, lambat laun bisa berdampak buruk bagi
perkembangan emosinya. Demikian juga sebaliknya, jika memberikan permainan terlalu mudah, tidak akan membawa manfaat bagi mereka. Karena interesnya berkurang dan tak merasa tertantang.
Bermain tidak hanya dengan sebuah benda saja. Tapi bermain dengan teman-teman mereka sangat diperlukan. Karena dapat melatih perkembangan bahasa, emosi, fisik maupun kreativitas. Misalnya ketika bermain, anak-anak bercakap-cakap satu dengan yang lain. Saling beragumentasi, menjelaskan dan meyakinkan. Otomatis jumlah kosakata yang dikuasai seorang anak akan bertambah. Dengan demikian bisa dikatakan, bermain merupakan
“laboratorium bahasa” bagi anak.
Bermain seperti ini juga dapat meningkatkan sikap sosial seorang anak. Anak akan dilatih mengurangi egosentrisnya. Mereka juga diajarkan bagaimana bersaing dengan jujur, sportif dan peduli akan hak orang lain. Anak juga belajar tentang sebuah tim dan semangat tim. Dengan berjalan, berlari dan aktif melakukan kegiatan, fisik mereka juga akan berkembang. Anak dilatih untuk kreatif, dengan cara bebas mengungkapkan ide atau keinginannya. Jika salah satu dari semua ini tidak terpenuhi, dapat dipastikan perkembangan emosi anak akan terganggu.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung