Rabu

Industri Kerajinan Tulang Punggung Perenomian Daerah

Drs H Syarifudin, MM

Paradigma pembangunan ekonomi yang semula beroriantasi pada pertumbuhan industri skala besar telah berbalik pada pembangunan ekonomi kerakyatan. Perubahan paradigma tersebut, tentu memberikan harapan kepada pelaku usaha industri kecil dan menengah untuk lebih eksis, sehingga akan berpengaruh secara signifikan terhadap pemulihan ekonomi. Bagaimana kajian perspektif pengembangan industri kecil terhadap pertumbuhan ekonomi di NTB, berikut petikan wawancara wartawan Koran Pak Oles dengan Kepala Dinas Perindustrian dan perdagangan Disperindag) Propinsi NTB, Drs H Syarifudin, MM didampingi Kasi Industri Kecil Drs Bambang Sugeng, MM.

Bagaimana kontribusi sektor industri terhadap PDRB NTB?
Sektor industri dan perdagangan memberikan kontribusi terhadap PDRB NTB tahun 2004 masih relatif kecil yaitu sebesar 4,05% dan 12,80%. Walaupun kondisi perekonomian yang belum pulih sebagai dampak krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997, namun trend pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Hal ini antara lain ditandai dengan laju pertumbuhan sektor industri dan perdagangan mengalami peningkatan yaitu sektor industri naik dari 5,88% tahun 2003 meningkat menjadi 7,33% tahun 2004, sedangkan sektor perdagangan tumbuh sebesar 5,68% tahun 2003 meningkat menjadi 6,39% tahun 2005.

Berapa jumlah perusahaan pengembangan industri kecil di NTB?
Pada tahun 2005, total jumlah perusahaan industri di Propinsi NTB mencapai 63.620 unit usaha, yang terdiri dari industri formal 6.447 unit usaha dan industri non formal 57.173, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 188.020 orang. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2005 unit usaha industri formal mengalami kenaikan sebesar 8,35%, sedang industri non formal 3,05%, dan penyerapan tenaga kerja meningkat sebesar 3,48%. Sedangkan jumlah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan formal sampai tahun 2005 berjumlah 33.285 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 211.638 orang.

Kontribusi nilai ekspor kerajinan NTB
Aktivitas pengembangan eksport, khususnya ekspor non migas di NTB dalam dua tahun terakhir dapat menyumbangkan devisa yang cukup signifikan jika dibanding dengan tahun sebelumnya, yaitu US $ 974.603.000,51 pada tahun 2004 menjadi US $ 1.035.986.991,07 pada tahun 2005, sehingga kinerja ekspor selama tahun 2005 mangalami peningkatan sebesar US $ 61.339.467,77 atau sebesar 6.29%

Bagaimana peta pengembangan industri kerajinan kecil?
Pengembangan industri kerajinan di NTB lebih mengarah pada komoditas unggulan daerah masing-masing kabupaten/kota. Kita akan lebih fokus pada uasaha pengembangan dan pertumbuhan industri yang sudah terintegral di masing-masing kabupaten/kota. Seperti di Lombok Timur kita akan lebih fokus pada kerajinan tenun, gerabah, keramik pias dan produk-produk anyaman. Demikian juga di kabupaten Dompu kita akan lebih fokus pada upaya pengembangan hasil olahan mete. Karena kita tahu areal penanaman mete di Dompu cukup luas. Mete telah menjadi makanan favorit tentu memerlukan inovasi dan kreativitas pengolahan yang bernilai jual tinggi.

Apa sektor industri kecil ini tetap menjadi tulang punggung ekonomi daerah?
Diharapkan industri kerajinan kecil bisa memberikan share (kontribusi) terhadap PDRB (Produk Domestic Regional Bruto). Adanya peningkatan hasil industri kerajinan walaupun scoupnya kecil diharapkan akan terjadi lonjakan-lonjakan ekspor dan kita berharap tidak adanya gangguan-gangguan yang bersifat internal maupun eksternal terhadap keberlangsungan perkembangan industri. Dengan demikian ada peningkata ekspor ke luar negeri dan permintaan pasar, baik regional maupun nasional bisa lebih baik.

Bagaimana pertumbuhan industri kecil di NTB?
Dibandingkan tahun 2005 pertumbuhan industri kecil di NTB tahun 2006 tercatat pertumbuhannya sebesar 1,6 persen. Harapan kita sektor terkait lainnya, khususnya di kabupaten/kota saling bersinergi. Dengan demikian akan memiliki daya ungkit untuk pertumbuhan sektor ekonomi dan perdagangan.

Berapa nilai investasinya?
Tahun 2004 nilai investasi industri tercatat sebesar Rp. 199.049.574.90. Pada tahun 2005 menjadi Rp 220.477.254,800. Rinciannya, industri formal Rp 144.178.119.800, industri non formal Rp 76.299.135.000. Dengan demikian terdapat peningkatan nilai investasi sebesar 10,76 %

Lalu nilai produksi?
Tahun 2004 total nilai produksi yang dicapai Rp. 604.254.692.000, sedangkan pada tahun 2005 total nilai produksi kumulatif telah mencapai jumlah sebesar Rp 654.102.750.000. Rinciannya, industri formal Rp 365.800.253.000, industri non formal Rp 288.302.498.000. Dengan demikian pada tahun 2004 terdapat peningkatan nilai produksi sebesar 8,53 %. Peningkatan nilai produksi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, cukup berarti untuk meningkatkan kontribusi sektor industri di daerah ini. Hal ini selain disebabkan oleh bertambahnya jumlah unit usaha dan tenaga kerja, selain didukung pula adanya iklim usaha yang semakin baik dan meluasnya segmen pasar produk-produk industri kecil yang merupakan komoditi unggulan NTB. Apalagi produk industri asal NTB tidak terpengaruh oleh keadaan krisis ekonomi, karena secara umum menggunakan bahan-bahan lokal yang masih cukup tersedia di daerah.

Soal bahan baku?
Tahun 2004, total nilai penggunaan bahan baku / bahan penolong yang digunakan oleh non formal mencapaijumlah Rp. 112.032.526.000,- sedangkan pada tahun 2005 nilai bahan baku / bahan penolong yang digunakan Rp. 115.514.432,- atau meningkat sebesar 3,1 %

Berapa perkembangan ekspor kerajinan NTB?
Perkembangan ekspor kerajinan NTB tahun 2005 periode Januari - Desember 2005, volume ekspor 1.258,49 ton. Nilai ekspor US $ 1.991.348,50. Sedangkan realisasi ekspor kerajinan , tahun 2004 (Periode Januari - Desember 2004) dengan volume ekspor 758,16 ton, nilai ekspor US $ 1.394.692,40. Jika dibandingkan realisasi ekspor kerajinan tahun 2004 dengan tahun 2005 mengalami kenaikan pada volume sebesar 65,99 % dan nilai ekspor kerajinan mengalami kenaikan pula sebesar 42,78 %. Peningkatan nilai ekspor barang kerajinan ini dikarenakan pengembangan produk dan semakin luasnya negara tujuan ekspor, yang secara signifikan mempengaruhi ekspor beberapa produk unggulan seperti gerabah, kerajinan kayu, kerajinan batu, dan kerajinan anyaman

Tenaga kerja yang terserap?
Dengan bertambahnya usaha-usaha industri kecil di NTB secara otomatis akan mampu meningkatkan volume unit-unit usaha dan mampu menyerap tenaga kerja di sektor UKM. Dengan tumbuhnya industri kecil diharapkan pertumbuhan ekonomi dan persebaran aktivitas usaha tetap berjalan dengan baik. Kondisi makro ekonomi nasional yang belum stabil turut mempengaruhi lonjakan-lonjakan harga dan pasar akumulasinya masih kecil. Namun kalau dilihat trennya dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang positif. Adanya peningkatan unit usaha dan tenaga kerja terserap pada sektor ini secara komulatif, disebabkan iklim usaha yang semakin kondusif juga kian efektifnya pembinaan yangdilakukan oleh Satuan Kerja Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah Propinsi Nusa Tenggara Barat serta kegiatan lintas sektoral lainnya dengan instansi terkait, serta lembaga profesi lainnya yang ikut mendukung pembinaan Industri Kecil dan Menengah di Propinsi NTB.

Apa masalah utama perajin?
Sat ini perajin masih terbelenggu soal permodalan, peningkatan jaringan, market (pasar), keterampilan yang masih minim (SDM). Untuk itu diversifikasi produk terus dilakukan bagi hasil kerajinan NTB. Contoh di Lombok dikenal sebagai penghasil mutiara terbaik dunia. Karena itu para perajin telah melakukan inovasi modifikasi disain dengan perak. Begitu juga produk anyaman akan tetap dikembangkan dan disesuaikan dengan permintaan konsumen.

Apakah ada pembinaan menejemen usaha perajin?
Selama ini kita berikan menejeman usaha industri untuk usaha-usaha yang berorientasi ekspor. Untuk itu disain produk tetap menjadi yang terdepan bagi para perajin NTB. Apalagi dalam waktu dekat ini di NTB akan segera dibentuk forum pengembangan disain daerah yang terdiri dari beberapa seniman lokal. Kita juga ada Pusat Disain Nasional (PDN) yang ada di Depperindag pusat. DPN ini terdiri dari unsur disainer nasional yang memberikan masukan terhadap disain produk NTB.

Apakah sudah ada asosiasi perajin NTB?
Sudah terbentuk seperti Asephi (Asosiasi penguasaha Handycraft Indonesia) NTB. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) NTB, Asbumi (Asosisasi Budidaya Mutiara Indonesia) NTB. Adanya asosiasi ini bisa membantu pemerintah dan perajin dalam hal pemasaran produk, pengembangan disain, info produk, dll. Contoh nyata jaringan API yang sudah menasional dimaksudkan untuk pengembangan disain tenun dan pewarnaan alam. Dan NTB sendiri diundang untuk mengikuti training.
(Pewawancara: Hernawardi)

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung