Rabu

Pertanian Organik Alternatif Permasalahan Petani

Zaenal Soedjais
Sebagian besar lahan pertanian kini menuju lahan kritis dan marjinal karena degradasi lahan akibat pemakaian pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan, banjir dan longsor, serta pengurasan unsur hara tanah sebagai akibat dari eksploitasi lahan pertanian yang menggunakan input eksternal yang tinggi.
Belajar dari kearifan nenek moyang kita dan pengalaman negara-negara lain, pertanian organik ternyata mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan produsen yang mandiri. Wartawan media ini mengupas masalah ini dengan Ketua Masyarakat Pertanian Organik (Maporina), Zaenal Soedjais. Pria kelahiran Cirebon, 10 Agustus 1942 ini, sangat konsen akan membawa Indonesia menuju pertanian organik. Bagaimana kiprah pemilik dua gelar sarjana (akuntansi dan perusahaan) dari Fakultas Ekonomi UGM di Maporina, inilah hasil wawancaranya:

Bagaimana perkembangan Sistem Pertanian Organik diterapkan?
Sistem pertanian organik merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan pangan dan lingkungan yang kadang sering harus saling mengorbankan. Karena itu, model pertanian organik ini harus terus dikembangkan dan didukung. Sebab sistem ini telah diakui dunia sebagai pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Secara umum model pertanian ini sebagai pertanian yang secara teknik tepat, secara ekonomi dapat berkembang, secara kultur dapat diterima, dan berdasarkan sains yang holistik.

Sejauh ini pertanian di Indonesia bagaimana?
Seperti yang saya katakan di awal, bahwa persoalan pertanian di Indonesia sangat kompleks sekali. Semuanya bermuara pada kian luasnya lahan-lahan kritis dan marjinal di Indonesia, sehingga perlu ada upaya-upaya untuk mengatasi semua permasalahan tersebut. Dengan sistem pertanian organik diharapkan dapat menjawab keprihatinan terhadap timbulnya berbagai permasalahan pada sebagian lahan pertanian. Kita semua tahu, akibat menggunakan pupuk non organik dan pestisida kimia yang berlebihan mengakibatkan terjadinya degradasi lahan pertanian.

Sejalan dengan back to nature, bagaimana potensi pangan organik ini?
Sangat besar. Dari segi konsumen, dewasa ini terdapat kecendrungan masyarakat untuk mengonsumsi pangan yang terjamin keamanannya, bebas cemaran kimia dan alami. Kesadaran masyarakat pada kelestarian lingkungan juga telah menyebabkan sebagian masyarakat mencari produk pertanian yang dihasilkan dari sistem pertanian yang ramah lingkungan. Sejalan dengan perkembangan pasar medern yang meningkat 30% setiap tahunnya, permintaan akan produk pertanian organik semakin meningkat. Bahkan saat ini ada beberapa supermarket yang kekurangan pasokan produk pertanian organik.
Sebenarnya Indonesia memiliki potensi luar biasa besar untuk mengembangkan pertanian organik. Potensi ini ada pada luasnya lahan pertanian tropis yang dimiliki Indonesia dengan plasma nutfah yang sangat beragam serta juga ketersediaan bahan organik yang melimpah.
Bisa digambarkan, dari sekitar 20 persen lahan pertanian yang ada di Indonesia, ternyata yang baru dimanfaatkan hanya 40.000 hektar atau sekitar 0,09 persen. Jika melihat pergesaran budaya konsumsi masyarakat dunia yang beralih ke produk organik, potensi yang dapat digali dari sektor ini sangat besar.

Jadi apa sebenarnya misi dan visi Maporina?
Kami beberapa waktu lalu berulang tahun yang ke-7, turut memperkuat Indonesia sebagai negara agraris yang berdaya saing, ramah lingkungan dan peduli terhadap kesejahteraan rakyat Indonesia dengan misi menghimpun potensi berbagai pihak yang terkait dengan pertanian organik baik birokrat, peneliti, pengusaha dan petani untuk mensukseskan program pembangunan pertanian pada umumnya, khususnya pertanian organik. Di samping itu kita juga membina kerjasama yang saling menguntungkan diantara berbagai pihak yang terkait dengan pertanian organik serta membantu pemerintah dalam menyelamatkan lahan dan mensukseskan pembangunan pertanian dalam rangka mensejahtrakan masyarakat tani melalui sistem pertanian organik.

Sejauh mana program pemerintah ‘’back to nature’’ hingga tahun 2010?
Itu terus kita dukung, sistem pertanian organik sebagai alternatif upaya untuk memecahkan masalah tersebut terus dirintis dan dikembangkan. Mudah-mudahan dengan wadah Maporina akan terjadi jalinan komunikasi yang baik di antara pihak-pihak yang terkait dalam upaya melestarikan lahan dan lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan petani melalui sistem pertanian organik. Walau kesannya agak terlambat, tapi bagi Masyarakat Pertanian Organik (Maporina) tak masalah, bila tahun 2007 sebagai take off pertanian organik di Indonesia. Pada bula Juni nanti, masyarakat organik akan mengadakan Gebyar Organik 2007 di Bali. Acara pameran terbesar pertanian organik ini, diharapkan menjadi awal menuju pertanian organik yang lestari.

Di samping itu apalagi agenda Maporina?
Maporina secara berkala melakukan sosialisasi dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang prinsip manfaat dan cara penerapan pertanian organik kepada masyarakat luas. Maporina juga secara berkala mengadakan pameran dan bazaar serta kegiatan promosi sebagai upaya untuk memperluas pasar. Bahkan Maporina juga mengadakan pelatihan-pelatihan tentang pertanian organik (budidaya dan pengolahannya) serta aspek-aspek pendukungnya (sertifikasi). (Pewawancara: Agus Salam)

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung