Rabu

Dangdut, Ciri Khas Musik Indonesia

Drs H Suraya Aka
Jika bicara tentang perkembangan musik di Indonesia, tidak bisa kita pungkiri, pasti akan membicarakan musik dangdut. Musik yang dahulu dikenal sebagai musik orang pinggiran ini, sedikit demi sedikit diangkat sehingga menjadi seperti sekarang. Alunan musik dangdut, saat ini bisa kita dengarkan di hotel-hotel berbintang atau bahkan acara-acara formal kenegaraan lainnya. Bila bicara tentang kesuksesan semua ini, semua tidak lepas dari nama Rhoma Irama yang dianggap sebagai pembaharu musik dangdut. Dengan demikian, pantas bila tokoh revolusioner musik dangdut ini mendapat gelar Si Raja Dangdut. Bahkan pengakuan bertaraf internasional juga pernah diberikan pada pemilik Soneta yang sekarang banyak melantumkan lagu-lagu bertemakan religi ini. Bagaimanakah perkembangan musik dangdut dari sebuah musik yang dikenal sebagai musik comberan hingga seperti sekarang yang mampu merangkul kalangan atas ini? Berikut wawancara dengan pengamat musik dangdut, wartawan senior sekaligus anggota PAMI (Persatuan Artis Melayu Indonesia) Jawa Timur, Drs H Suraya Aka.

Bagaimana Anda melihat perkembangan musik dangdut di Indonesia?

Musik atau dangdut itu sendiri, sesungguhnya hanya sebuah nama sebutan di tengah masyarakat kita saja. Dikatakan dangdut, karena bunyi kendangnya yang sangat dominan. Sedangkan nama sebenarnya adalah melayu yang cikal bakal musiknya berasal dari musik di daerah Deli Serdang di Sumatera Utara sana. Perkembangannya sendiri dapat kita lihat setiap dekadenya. Pada tahun 40-an, musik ini seperti musik qasidah yang banyak menyanyikan lagu-lagu religi. Sampai tahun 60-an, jenis musik-musik seperti ini dapat kita nikmati di RRI dan panggung-panggung hiburan. Panggung hiburan yang menyajikan jenis musik ini adalah kaum pinggiran atau musiknya kalangan menengah ke bawah. Baru tahun 70-an, terjadi perubahan yang cukup revolusioner, dengan lahirnya Rhoma Irama, yang dulu namanya Oma Irama. Beberapa perubahan dilakukan penyanyi yang pernah dicekal untuk tampil ditahun 80-an ini. Tapi intinya, Rhoma ingin mengangkat musik dangdut dari comberan menjadi lebih terhormat.

Apa saja perubahan yang dilakukan Bang Haji (sebutan Rhoma Irama) dengan musik dangdut sehingga mampu menjadikan musik ini menjadi milik semua kalangan?

Rhoma sangat terinspirasi dengan kelompok musik Deep Purlpe. Dengarkan saja musik yang dinyanyikan Rhoma dengan Sonetanya dengan Deep Puprle. Hampir sama. Beberapa lagu yang musiknya hampir sama adalah Ghibah, Setetes Air Hina, Sahabat dan Kematian. Sampai tahun 80-an, Rhoma Irama dengan musik dangdutnya semakin berkibar. Karena sekitar tahun ini, Rhoma dicekal oleh pemerintahan Orba. Tapi Rhoma tidak kehilangan akal. Ketika ia tidak boleh tampil di TVRI, ia membuat film yang menyanyikan lagu-lagu dangdut. Dan hasilnya sangat menakjubkan. Setiap kali film Rhoma diputar dan Rhoma pentas, selalu dijejali penonton. Tidak hanya itu, penjualan kasetnya juga sudah menembus 1 juta keping kala itu. Perubahan juga dilakukan Rhoma tahun 80-an, tepatnya setelah di naik haji. Salah satu di antaranya merubah nama Oma Irama menjadi Rhoma Irama serta mengharuskan pendukung Soneta untuk menjalankan syariat Islam yang benar. Di antaranya tidak minum, berjudi serta shalat terlebih dahulu sebelum manggung.

Bagaimana pendapat Anda dengan musik dangdut alternatif yang banyak berkembang akhir-akhir ini. Ya tepatnya setelah era Inul dengan goyang ngebornya?

Ya kalau melihat perjuangan Rhoma seperti itu wajar kalau dia marah. Dengan susah payah dangdut diangkat dari musik comberan, sekarang kok ya imij-nya menjadi jelek lagi. Tapi generasi Inul juga tidak bisa disalahkan. Karena mereka adalah hasil perkembangan masyarakat. Yang bisa dilakukan PAMI hanyalah menghimbau, janganlah bergaya seperti itu kalau di TV atau panggung umum yang ditonton masyarakat umum. Tapi kalau itu ditampilkan di sebuah kafe atau tempat khusus, bagi saya sah-sah saja. Karena yang menonton kan sudah terseleksi.

Saat ini, di TV juga banyak diadakan kontes pencarian penyanyi baru yang dipilih melalui polling SMS. Menurut pendapat Anda?

Wah itu bagus sekali. Jadi acara-acara itu bisa dijadikan sebagai wadah pencarian bakat. Khususnya penyanyi-penyanyi dangdut. Orang-orang di belakang acara-acara itu saya yakin adalah sangat berkompeten di bidangnya. Dengan demikian, musik dangdut tidak akan keluar dari pakem yang sudah ada. Di antaranya bagaimana berpakaian yang seksi tapi sopan di atas panggung. Kemudian bagaimana bergoyang yang ‘tidak seronok’ di atas panggung. Dan yang tidak ketinggalan adalah bagaimana untuk mendapatkan kualitas vokal atau tehnik menyanyi yang bagus. Dengan demikian, regenerasi musik dangdut tidak akan terhenti.

Kenapa saat ini tidak ada lagu-lagu dangdut yang baru?

Seorang penyanyi akan berpikir beribu-ribu kali kalau akan memproduksi album saat ini. Karena maraknya pembajakan. Menurut pendapat beberapa penyanyi dan produser, akibat pembajakan yang marak, jangankan untung, balik modal saja tidak. Sehingga yang dilakukan para musisi dangdut saat ini adalah menunggu.

Bagaimana cara membangun persatuan para seniman supaya tidak terjadi perpecahan?

Pada intinya adalah saling toleransi antara sesama seniman. Di antaranya adalah rata dalam pembagian hasil. Kemudian jangan menganggap lebih bagus dibandingkan musisi lainnya.
(Pewawancara: Wuri Wigunaningsih)


BIODATA:
Nama: Drs H Suraya Aka
Karir: Direktur Penerbitan Tabloid Grup Jawa Pos : POSMO, GUGAT,
NURANI, Harian METEOR Semarang, Tabloid Dangdut DENDANG (2000), X-File, OPOSISI (1998), Pimred Karya Darma (1992). Wartawan Jawa Pos Jogjakarta, Madiun, Malang, Surabaya (1982-1992). Aktif di JTV hingga sekarang.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung