Rabu

Peluang Sektor Agribisnis Menjanjikan

Prof. Dr.Ir. Djoko Said Damardjati M.S.
Tak bisa disangkal, usaha agribisnis memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam pembangunan perekonomian Indonesia ke depan. Pasalnya, sektor ini menyerap tenaga kerja yang amat besar. Mulai dari sektor pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian dan industri hilir pertanian, serta sektor jasa yang melayani pertanian, agroindustri dan perdagangan hasil-hasil pertanian. Begitu juga peternakan, kehutanan dan lain-lain.
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian, Prof Dr Ir Djoko Said Damardjati, MS, sangat optimis peluang agribisnis pada pembangunan ekonomi Indonesia sangat besar. Apa yang membuat Damardjati optimis, berikut petikan wawancaranya:
Apa yang membuat Anda optimis sektor agribisnis berkembang pesat?

Pada taraf perkembangan perekonomian Indonesia saat ini, agribisnis masih merupakan sektor ekonomi yang akomodatif terhadap keberagaman kemampuan tenaga kerja dan entrepreneurship yang dimiliki rakyat Indonesia. Kini sektor agribisnis bukan hanya terbesar dalam menyerap tenaga kerja dan dunia usaha tetapi juga menyumbang terbesar dalam Produk Domistik Bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, sektor agribisnis pun menyumbang ekspor nasional yang cukup besar dan sekitar 50 persennya produk-produk agribisnis.

Program apa yang sedang dikembangkan untuk sektor ini?

Departemen Pertanian (Deptan) telah mengembangkan 15 komoditas untuk agroindustri. Kelimabelas komoditas itu terutama dikembangkan di pedesaan. Komoditas tersebut adalah gandum lokal di 7 kabupaten, pakan dan tepung-tepungan berbasis ubi kayu di 2 kabupaten, serta jeruk di 5 kabupaten. Agroindustri mangga dikembangkan di 3 kabupaten, cabai di 5 kabupaten, gula aren meliputi 3 kabupaten, kelapa tersebar di 15 kabupaten, minyak sawit pada 2 kabupaten, minyak nilam di 4 kabupaten, kopi di 15 kabupaten.
Selain itu jarak pagar untuk 3 kabupaten, biodiesel dari kelapa di 7 kabupaten, gambir di 2 kabupaten, serta rami di 3 kabupaten dan susu segar dikembangkan di 6 kabupaten. Sampai saat ini telah tersusun petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan dan pengembangan gandum lokal dan sosialisasi ke daerah. Deptan juga telah melakukan studi kelayakan untuk aren dan biodiesel kelapa, serta workshop kemitraan industri pengolahan susu dengan peternak sapi perah.

Selain agribisnis pedesaaan, apalagi yang dikembangkan?

Deptan juga mengembangkan farm gate marketing system berbasis jaminan mutu. Yang telah dikembangkan dalam program itu antara lain, untuk komoditas manggis di 4 kabupaten, jeruk di 8 kabupaten, sayuran di 17 kabupaten, bunga di 4 kabupaten, kelapa untuk 4 kabupaten, dan kakao pada 29 kabupaten. Model pembangun ini disebut Pengembangan Komoditas Strategis Nasional (PKSN) yang berbasis gabungan kelompok tani (gapoktan) di suatu sentra produksi.
Kegiatan PKSN tersebut mencakup 12 komoditas pertanian yang meliputi 19 kabupaten yakni beras, beras ketan, ubi kayu, jagung, biofarmaka, manggis, bunga, kakao, kelapa, jarak pagar, ternak sapi, susu dan pengembangan pemasaran hortikultura terpadu.

Untuk menghadapi usaha agribisnis global, apa yang akan dilakukan?

Menghadapi persaingan global, ke depan petani dalam berproduksi mesti berbasis pada pasar yakni memproduksi apa yang bisa laku di pasar, bukan asal jual apa yang diproduksi. Untuk mendukung pemasaran hasil-hasil petani, ke depan pasar lelang agro akan terus diperbanyak karena dinilai efektif membantu pemasaran produksi petani. Sedangkan untuk meningkatkan SDM petani, Deptan akan menurunkan tenaga pendamping untuk membantu kegiatan petani di lapangan. Kalau masa lalu, pendamping yang berfungsi sebagai penyuluh ini masih berorientasi pada produksi, ke depan akan diperluas lagi pada aspek penanganan pascapanen dan pemasaran.

Apa yang menjadi persoalan di tingkat petani?

Kelemahan petani dalam mengelola sektor agrobisnis ini masih berkisar permodalan, manajemen yang belum bagus baik menyangkut cara pemasaran maupun perbaikan kualitas produk serta jalinan kerja sama yang masih kurang. Soal peran investor, perlu ada komitmen dari berbagai pihak terkait untuk menumbuhkan investasi di sektor agribisnis ini.

Apa kendalanya berinvestasi di sektor ini?

Kendala di investasi ini masih terlihat pada minimnya infrastruktur, faktor keamanan serta birokrasi. Jadi perlu diciptakan kepastian hukum dan keamanan agar investor mau terjun ke sektor ini, namun demikian, peluang sektor ini sangat besar dan menjanjikan.

Jadi Anda cukup yakin sektor ini dapat meningkatkan pembangunan ekonomi bangsa?

Ya benar, semua ini memberi keyakinan bahwa strategi industrialisasi yang dimulai dari sektor agribisnis akan efektif dalam mengatasi pengangguran, kemiskinan, percepatan pembangunan ekonomi daerah dan mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya.
(Pewawancara: Agus Salam)

BIODATA:
Nama : Prof. Dr.Ir. Djoko Said Damardjati M.S.
Pendidikan :
Sarjana pertanian Institut Pertanian Bogor, 1972.
Pendidikan S2 di Institut Pertanian Bogor, tahun 1979
Pendidikan non-degree di University of Philippines at Los Banos (UPLB)
Pendidikan Doktoral bidang ilmu pangan dan kimia di Institut Pertanian Bogor, tahun 1983 dengan predikat Cum Laude.
Jenjang fungsional Ahli Peneliti Utama diperoleh tahun 1993, dengan ketertarikan dalam penelitian tanaman pangan, terutama mengenai gizi dan teknologi pangan serta teknologi pasca panen.
Dilantik sebagai Profesor Riset sejak tanggal 5 Januari 2006.

Aktivitas :
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian
Sejak tahun 2004 menjabat Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2001-2004), Koordinator Program Nasional Teknologi Pascapanen Tanaman Pangan (1984-1986), Ketua Jaringan Nasional Penelitian dan Pengembangan Pascapanen (1988-1999), Kepala Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor (1992-1994), Kepala Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan (1995-1999), Kepala Pusat Penelitian Tanaman Pangan (1999-2000), dan sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (2000-2001).

Prestasi :
Penghargaan "Dr. Poorwo Soedarmo Award" tahun 1989 dari Pergizi Pangan Indonesia,
Penghargaan "Satya Lencana Pembangunan" dari Presiden Republik Indonesia, tahun 1998
Email: crifc3@indo.net.id

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung