OLEH: WURI WIGUNANINGSIH
Ternyata budaya membaca anak bisa ditumbuhkan sejak dalam kandungan ibu. Bagaimana caranya, artis Neno Warisman membagi pengalamannya dalam seminar Surabaya Book Fair 2007 yang membahas minat baca pada balita.
Artis era tahun 90-an menceritakan kisah suksesnya membangun budaya membaca di lingkungan keluarganya. Setelah berkonsultasi dengan berbagai pihak, Neno disarankan untuk mulai membiasakan budaya membaca sejak anak dalam kandungan. Ia membiasakan diri membaca dan mengajak serta secara emosional anak yang ada dalam kandungannya. Secara fisik ia melakukan sentuhan-sentuhan di perut atau menggambarkan apa yang ia baca.
Neno pun memberi contoh lewat gerakan. “Misalnya saya membaca berjalan, secara emosional saya mencontohkan berjalan menggunakan jari di atas perut saya. Dengan demikian, saya telah memperkenalkan pendidikan membaca mulai sejak dini,” terangnya.
“Orangtua biasanya mengatakan kalau anaknya gila membaca, tapi kalau saya kewalahan memenuhi kebutuhan membaca ketiga anak saya. Anak saya tuh pernah jatuh, yang diselamatkan bukunya terlebih dahulu, bukan nyawanya,” kata Neno Warisman.
Sejak kecil, anak sudah diperkenalkan dengan sebuah barang yang berbentuk buku. Ketika anaknya sudah lahir bukan diberi mainan bebek-bebekan, tapi mainan buku-bukuan yang terbuat dari plastik sehingga tidak rusak dibawa mandi. Saat anak beranjak besar dan sudah tengkurap, bantalnya dibuat seperti buku.
Sejak anak sudah mulai bisa berjalan, semua sudut rumahnya dihiasi rak-rak yang berisi buku. Kemanapun mata memandang, selalu buku yang dilihat. Jika berjalan-jalan ke mall, yang didatangi adalah buku bukan pakaian atau tempat mainan lainnya. Orangtua juga harus menyeleksi buku-buku yang akan dibaca anak-anak. “Setelah membaca sebuah buku dibudayakan sikap mengkritik. Artinya, menanyakan pada si anak, baik atau buruknya buku yang sudah dibacanya,” sarannya.
Untuk menjadi anak kreatif, berarti harus cerdas, punya kepribadian dan dilengkapi sarana dan prasarana. Anak yang kreatif sajalah yang mampu bertahan di tengah gelombang kehidupan yang menimpa mereka, tambah Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur, Daniel D Rahman.
Ternyata budaya membaca anak bisa ditumbuhkan sejak dalam kandungan ibu. Bagaimana caranya, artis Neno Warisman membagi pengalamannya dalam seminar Surabaya Book Fair 2007 yang membahas minat baca pada balita.
Artis era tahun 90-an menceritakan kisah suksesnya membangun budaya membaca di lingkungan keluarganya. Setelah berkonsultasi dengan berbagai pihak, Neno disarankan untuk mulai membiasakan budaya membaca sejak anak dalam kandungan. Ia membiasakan diri membaca dan mengajak serta secara emosional anak yang ada dalam kandungannya. Secara fisik ia melakukan sentuhan-sentuhan di perut atau menggambarkan apa yang ia baca.
Neno pun memberi contoh lewat gerakan. “Misalnya saya membaca berjalan, secara emosional saya mencontohkan berjalan menggunakan jari di atas perut saya. Dengan demikian, saya telah memperkenalkan pendidikan membaca mulai sejak dini,” terangnya.
“Orangtua biasanya mengatakan kalau anaknya gila membaca, tapi kalau saya kewalahan memenuhi kebutuhan membaca ketiga anak saya. Anak saya tuh pernah jatuh, yang diselamatkan bukunya terlebih dahulu, bukan nyawanya,” kata Neno Warisman.
Sejak kecil, anak sudah diperkenalkan dengan sebuah barang yang berbentuk buku. Ketika anaknya sudah lahir bukan diberi mainan bebek-bebekan, tapi mainan buku-bukuan yang terbuat dari plastik sehingga tidak rusak dibawa mandi. Saat anak beranjak besar dan sudah tengkurap, bantalnya dibuat seperti buku.
Sejak anak sudah mulai bisa berjalan, semua sudut rumahnya dihiasi rak-rak yang berisi buku. Kemanapun mata memandang, selalu buku yang dilihat. Jika berjalan-jalan ke mall, yang didatangi adalah buku bukan pakaian atau tempat mainan lainnya. Orangtua juga harus menyeleksi buku-buku yang akan dibaca anak-anak. “Setelah membaca sebuah buku dibudayakan sikap mengkritik. Artinya, menanyakan pada si anak, baik atau buruknya buku yang sudah dibacanya,” sarannya.
Untuk menjadi anak kreatif, berarti harus cerdas, punya kepribadian dan dilengkapi sarana dan prasarana. Anak yang kreatif sajalah yang mampu bertahan di tengah gelombang kehidupan yang menimpa mereka, tambah Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur, Daniel D Rahman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar