PENGANTAR REDAKSI: Dunia anak adalah dunia bermain. Sayang banyak orangtua yang menganggap aktivitas bermain sebatas gerak pertumbuhan alami anak. Padahal di balik kegiatan bermain terbentang jalan edukasi alamiah bagi pertumbuhan integral seorang anak di bidang intelektual, emosi, psikologis dan afeksi. Namun ada jenis permainan yang tepat bagi anak berusia satu sampai enam tahun.
OLEH: AGUS SALAM
Belajar sambil bermain saat ini menjadi tren dunia pendidikan, khususnya pada masa pra-sekolah. Berbagai penelitian menunjukan arah positif bagi perkembangan anak baik dari segi intelektual, psikologi, psikomotorik dibandingkan anak yang belajar dengan cara biasa. Penelitian tumbuh kembang anak ini telah dibuktikan pada pra-sekolah di Florida Amerika Serikat.
Dengan keberhasilan ini, banyak pra-sekolah di Indonesia menirukan sistem bermain sambil belajar. Namun, di Indonesia yang mayoritas beragama Islam, banyak yang mengintegrasikan pendidikan agama Islam di dalamnya. Ini bertujuan untuk menciptakan anak didik yang berkualitas spiritual, emosional, dan intelektual.
TK Raudhatul Athfal Masjid Istiqlal yang didirikan pada 26 Juli 1999 misalnya, dianggap ideal untuk diterapkan di lembaga pendidikan pra-SD dan menjadi percontohan dalam memfungsikan kegiatan bermain sambil belajar untuk menanamkan akidah dan akhlak sejak dini.
Bahkan TK yang dibangun oleh Nibras OR Salim, dianggap yang paling ideal oleh Departemen Pendidikan Nasional. untuk diterapkan di lembaga pendidikan pra-SD. Tak seperti kebanyakan usia dini lainnya yang belajar berkelompok di dalam sebuah ruangan kelas, anak-anak yang menjadi santri pada Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Islam/Raudlatul Athfaal (KB dan TKI/RA) Masjidi Istiqlal itu justru belajar sambil bermain di sebuah sentra atau pusat kegiatan.
”Beberapa waktu lalu, kami menggunakan istilah sudut, yang semuanya ada enam sudut bermain seperti sudut ibadah, sudut keluarga sakinah, sudut pembangunan, sudut alam sekitar dan ilmu pengetahuan, sudut kebudayaan, sudut persiapan, serta sudut musik. Tapi, sekarang, kami menggunakan istilah sentra dan jumlahnya ada tujuh sentra,” kata Nibras.
Dalam ruangan itu ada kegiatan yang berbeda-beda tapi saling terintegrasi, saling terkait. Adapun ketujuh sentra tersebut adalah, sentra ibadah; sentra bahan alam, sentra main peran, sentra balok, sentra seni dan kreativitas, sentra musik dan olah tubuh, serta sentra persiapan.
”Sentra memiliki ruang lingkup yang lebih luas, karena sentra adalah pusat kegiatan, sedang kalau menggunakan sudut ada kesan hanya diasumsikan dengan bentuk geometri atau bagian kecil dari sebuah ruangan. Padahal yang kami maksud di sini adalah pusat kegiatan. Perubahan ini, juga sejalan dengan konsep dan panduan Departemen Pendidikan Nasional untuk pendidikan usia dini yang menggunakan istilah sentra. Yang menarik, meski usianya relatif muda, karena didirikan tahun 1999, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Islam/Raudlatul Athfaal Masjidi Istiqlal ini pun menjadi rujukan bagi banyak TKI dari berbagai daerah di Indonesia, hampir tiap hari ada kunjungan dari pengelola TKI lain dari berbagai provinsi ke sekolah ini” katanya.
Ide pendirian muncul dalam sebuah rapat Badan Pengelola Masjid Istiqlal Jakarta (BPPMI), yang didasari pertimbangan merosotnya akhlak bangsa di segala sektor dan lini, sehingga perlu adanya antisipasi melalui pendidikan sejak dini dengan menggunakan metode tepat.
OLEH: AGUS SALAM
Belajar sambil bermain saat ini menjadi tren dunia pendidikan, khususnya pada masa pra-sekolah. Berbagai penelitian menunjukan arah positif bagi perkembangan anak baik dari segi intelektual, psikologi, psikomotorik dibandingkan anak yang belajar dengan cara biasa. Penelitian tumbuh kembang anak ini telah dibuktikan pada pra-sekolah di Florida Amerika Serikat.
Dengan keberhasilan ini, banyak pra-sekolah di Indonesia menirukan sistem bermain sambil belajar. Namun, di Indonesia yang mayoritas beragama Islam, banyak yang mengintegrasikan pendidikan agama Islam di dalamnya. Ini bertujuan untuk menciptakan anak didik yang berkualitas spiritual, emosional, dan intelektual.
TK Raudhatul Athfal Masjid Istiqlal yang didirikan pada 26 Juli 1999 misalnya, dianggap ideal untuk diterapkan di lembaga pendidikan pra-SD dan menjadi percontohan dalam memfungsikan kegiatan bermain sambil belajar untuk menanamkan akidah dan akhlak sejak dini.
Bahkan TK yang dibangun oleh Nibras OR Salim, dianggap yang paling ideal oleh Departemen Pendidikan Nasional. untuk diterapkan di lembaga pendidikan pra-SD. Tak seperti kebanyakan usia dini lainnya yang belajar berkelompok di dalam sebuah ruangan kelas, anak-anak yang menjadi santri pada Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Islam/Raudlatul Athfaal (KB dan TKI/RA) Masjidi Istiqlal itu justru belajar sambil bermain di sebuah sentra atau pusat kegiatan.
”Beberapa waktu lalu, kami menggunakan istilah sudut, yang semuanya ada enam sudut bermain seperti sudut ibadah, sudut keluarga sakinah, sudut pembangunan, sudut alam sekitar dan ilmu pengetahuan, sudut kebudayaan, sudut persiapan, serta sudut musik. Tapi, sekarang, kami menggunakan istilah sentra dan jumlahnya ada tujuh sentra,” kata Nibras.
Dalam ruangan itu ada kegiatan yang berbeda-beda tapi saling terintegrasi, saling terkait. Adapun ketujuh sentra tersebut adalah, sentra ibadah; sentra bahan alam, sentra main peran, sentra balok, sentra seni dan kreativitas, sentra musik dan olah tubuh, serta sentra persiapan.
”Sentra memiliki ruang lingkup yang lebih luas, karena sentra adalah pusat kegiatan, sedang kalau menggunakan sudut ada kesan hanya diasumsikan dengan bentuk geometri atau bagian kecil dari sebuah ruangan. Padahal yang kami maksud di sini adalah pusat kegiatan. Perubahan ini, juga sejalan dengan konsep dan panduan Departemen Pendidikan Nasional untuk pendidikan usia dini yang menggunakan istilah sentra. Yang menarik, meski usianya relatif muda, karena didirikan tahun 1999, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Islam/Raudlatul Athfaal Masjidi Istiqlal ini pun menjadi rujukan bagi banyak TKI dari berbagai daerah di Indonesia, hampir tiap hari ada kunjungan dari pengelola TKI lain dari berbagai provinsi ke sekolah ini” katanya.
Ide pendirian muncul dalam sebuah rapat Badan Pengelola Masjid Istiqlal Jakarta (BPPMI), yang didasari pertimbangan merosotnya akhlak bangsa di segala sektor dan lini, sehingga perlu adanya antisipasi melalui pendidikan sejak dini dengan menggunakan metode tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar