Selasa

Darah Tali Pusat Sembuhkan Penyakit

Pengantar Redaksi: Darah tali pusat ternyata bisa menjadi obat untuk menyembuhkan 72 penyakit kronis seperti leukemia dan parkinson. Di berbagai daerah, darah tali pusat dianggap sebagai bagian dari ari-ari yang dihormati dan dikubur atau disimpan lewat serangkaian ritual. Belum banyak masyarakat yang tahu hubungan darah tali pusat bagi kesehatan manusia. Bagaimana penggunaan tali darah sebagai bentuk proteksi kesehatan buah hati dan keluarga di masa datang? Simak laporan khusus edisi ini.

OLEH: INDAH WULANDARI
Tali pusat merupakan penyambung hidup ibu dan anak saat masih dalam kandungan. Setelah proses kelahiran biasanya tali pusat dipotong kemudian dikubur dalam tanah, disimpan, atau dibuang begitu saja. Para peneliti di dunia kedokteran menemukan bahwa sel induk dari darah tali pusat dan ari-ari dapat digunakan si bayi ataupun keluarganya sebagai penyembuh berbagai penyakit.
Terbukti bahwa darah dalam tali pusat dan ari-ari mengandung berjuta-juta sel induk pembentuk darah (hemetopoietic stem cells), sejenis dengan yang ditemukan di sumsum tulang. Sel induk tersebut bisa mengobati berbagai penyakit kelainan darah seperti leukemia, anemia, lymphoma, dan lainnya. Bahkan di masa datang, sel induk tersebut dipercaya bisa memperbaiki organ tubuh seperti jantung, pankreas (diabetes) dan membantu pengobatan penyakit lupus, multiple sclerosis, muscular dystrophy, stroke, alzheimer, dan parkinson. Khusus darah tali pusat, pengambilannya segera setelah kelahiran bayi, tepatnya setelah diklem dan dipotong. Lalu tali pusat dibersihkan dengan iodine dan jarum dari kantung darah ditusukkan ke vena tali pusat. Ada 2 metode pengambilan dan pemrosesan darah tali pusat yaitu metode terbuka (tabung) dan metode tertutup (triple bag).
Menurut penelitian, metode paling aman dengan menggunakan triple bag sebab resiko darah terkontaminasi udara luar amat kecil. Terlebih dulu pengujian darah tali pusat dan darah ibu dilakukan sebelum dan sesudah pemrosesan sel. Jika terdapat pencemaran atau bibit penyakit pada ibu setelah melahirkan, darah tersebut tak layak dipakai. Jika darah tali pusat dan ibu lolos uji, maka darah tali pusat diproses untuk dipisahkan sel induknya dengan kantung darah (triple bag) dan dibekukan pada suhu minus 196 derajat Celcius. Dari 100-150 cc darah terdapat sel induk dalam jumlah terbatas, yaitu sekitar seperempat jumlah darah. Pemakaiannya pun tergantung kebutuhan, jika ada anak atau keluarga mengalami penyakit yang memerlukan transplantasi sel induk, maka bisa mengambil di bank darah tiap saat. Namun sebelumnya harus diuji lagi kecocokan dengan jenis sel darah induk. Seluruh pelaksanaan teknis pengambilan darah tali pusat diatur dengan kesepakatan antara ibu yang akan melahirkan, dokter kandungan, paramedis, dan petugas bank darah. Di Indonesia saat ini masih terdapat satu jasa penyimpanan darah tali pusat swasta bernama Cordlife.
dr Dedie Tukiman, Strategic Account Manager Cordlife Jakarta menjelaskan bahwa perusahaan yang berdiri sejak 6 tahun lalu ini merupakan anak perusahaan CyGenics yang mengoperasikan bank darah tali pusat di Singapura, Hongkong, dan Australia. Walhasil, standar tertinggi diterapkan dalam pemrosesan dan penyimpanan dengan akreditasi AABB (The American Association of Blood Bank). Kini, pemakai jasa Cordlife dari Indonesia sekitar 700-an. Jumlah ini didominasi kalangan masyarakat menengah atas karena biayanya bisa mencapai S$ 1,800 (sekitar Rp 12 juta). Mahalnya biaya pemrosesan dan penyimpanan disebabkan ketiadaan fasilitas tempat penyimpanan di Indonesia. Sehingga biaya pengiriman ke bank darah Singapura sangat menguras kantong. ‘’Sekitar bulan April kita akan bangun bank darah di Jakarta agar biaya bisa ditekan dan semua lapisan masyarakat bisa terlayani,” ujarnya. Direktur RSIA Puri Bunda, Denpasar, dr Putu Arya Yudanegara SpOG juga mengharap adanya peran serta pemerintah untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya darah tali pusat sebagai bentuk proteksi kesehatan buah hati dan keluarga di masa datang.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung