Sabtu

Jagung NTB Siap Lewati Gorontalo

*Bali Belum Serius

Jagung merupakan salah satu komoditi agribisnis di NTB yang mampu memagnet para petani dan pengusaha untuk digarap lebih serius. Tidak heran bila pemerintah menyambut baik kemauan sejumlah pengusaha yang sudah bermitra dengan petani terkait komoditi andalan kedua setelah beras.

Konon, produksi jagung NTB jauh lebih banyak disbanding jagung yang dikembangkan di Gorontalo. Kadis Pertanian NTB, Dr Ir Masyhur, MS menyebut, yang mendorong daerah sejuta mesjid itu menggenjot tanaman jagung secara besar-besaran karena areal tanaman jagung seluas 39 ribu hektar, sedangkan di Gorontalo baru ekitar 34 ribu hektar

Bedanya, pengembangan komoditi jagung di Gorontalo tidak begitu sulit karena Gubernur Fadel Muhammad merupakan seorang pengusaha sukses yang berwawasan bisnis. Meski begitu, NTT tetap berobsesi untuk memenuhi program 1 juta ton jagung pada tahun 2008. Setiap tahun, Indonesia masih impor jagung 1,2-1,6 juta ton.

Pemerintah sendiri mendukung petani dengan memberi benih dan modal. Hingga kini, benih jagung yang sudah ditanam terdiri dari SD 6, SD 7, Bisi 2, Bisi 19, NK 22 dan NK 33. Meski Cina sendiri miliki benih jagung unggul, namun NTB belum bisa ingin memberikan kepada petani, kecuali sebatas benih percontohan, dan alokasi multi lokasi, baru dilepas setelah ada keputusan Menteri Pertanian.

“Mudah-mudahan industri benih jagung ada di Pulau Lombok, sehingga tidak lagi didatangkan benih dari luar daerah, tapi benih asal NTB yang layak dikirim ke luar daerah,” ujarnya. Di Lombok Barat, dari lahan seluas 25.569 hektar, yang baru ditanami jagung hanya 6.260 hektar, dengan rincian 700 hektar jagung komposit dan 556 jagung hibrida.

Bali Belum Serius

Guna mendukung tetap melubernya kunjungan wisatawan ke Bali, pertanian dipercaya sebagai salah satu sektor penyokong untuk menggaet wisatawan dalam dan luar negeri. Suport pemberdayaan sektor pertanian menjadi sebuah obyek wisata agro berbasis komoditi unggulan perkebunan di Bali, Dnas Perkebunan, Pariwisata, Bapeda, Biro Hukum, BPTP, ASITA dan akademisi sudah lama menggagasnya.

Apalagi Bali sendiri miliki komoditi unggulan berupa kopi (robusta dan arabica), kakao, mete, kelapa, panili dan cengkeh yang siap terintegrasi sebagai wisata agro andalan. “Kita baru merintis agrowisata di Tabanan dan Kintamani,” ungkap Angsriawan, Kasubdin Program Disbun Bali.

Meski begitu, celah ini masih dihadang aneka masalah. Setiap wilayah terbatas pada jumlah potensi yang ada, dan pemerintah terkesan belum seirama. “Wisata agro ini belum digarap serius oleh Bali meski ada kabupaten yang sudah miliki objek,” tambah I Gede Martha K, Kasubdin Humas Disbun Bali.

Wisata agro muncul dari surat keputusan bersama Menteri Pariwisata dan Menteri Pertanian terkait peluang diversivikasi usaha. Tiga lokasi yang telah dikembangkan menjadi agrowisata adalah kopi Arabica di Subak Abian Kertawaringin Mabi Desa Belantih Kintamani Bangli, kakao dan kelapa di Subak Abian Batu Jambul Munduk Pakel Desa Gadungan Tabanan serta kopi robusta di Subak Abian Buana Manik Sari Desa Belatungan Tabanan. (Roro S/Hernawardi)

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung