Kegelisahan dan rasa tidak pernah puas selalu menghantui manusia. Warna-warni hidup tidak hanya diwujudkan dengan penyesalan terhadap nasib. Karena nasib seseorang bisa berubah seiring dengan perjuangan manusia tersebut mengejar impian. Begitu juga dengan Sang Maestro Lukisan, Made Wianta yang galau tidak dapat menahan perasaan seninya. Perupa kelahiran Apuan, Tabanan, 20 Desember 1949 tersebut mengekspresikan perasaan dan kegundahan hati melalui goresan kuas dan bait-bait puisi bukan hanya untuk kepuasan diri melainkan untuk membantu sesama umat.
Terkait dengan kegiatan konser penggalangan dana Malam Sejuta Kasih yang digelar di Sanur Paradise Plaza Hotel, Sabtu (3/11), alumni ASRI Jogjakarta tahun 1974 ini menyumbangkan enam karya untuk dilelang dan dijual. Hasil lelang akan disumbangkan untuk perluasan Gereja Maria Bunda Segala Bangsa (MBSB) yang berada di Kompleks Puja Mandala, Kampial, Nusa Dua,
Perluasan gereja tersebut merupakan keinginan almarhum Mgr Dr Benyamin Yosef Bria, Pr yang ketika itu menjadi Uskup Denpasar (Bali-NTB). Upaya ini diwujudkan dengan melakukan penggalian dana di antaranya melelang lukisan karya Wianta dan pertunjukan konser bersama Nugie, Tri Utami, Kia AFI, Keke, Glandys, Leo, Nyong Anggoman, Jampiro Band, Maestro dan Hanggar demi kesuksesan acara untuk memerluas area gereja di komplek tempat ibadah lima agama yang diresmikan era Presiden Suharto tersebut. ”Saya berharap partisipasi masyarakat luas demi kesuksesan acara penggalangan dana tersebut. Secara khusus saya mengucapkan terima kasih atas kedermawanan Made Wianta yang peduli terhadap masalah sosial dan kemanusiaan,” tutur Ketua Panitia Malam Sejuta Kasih Sebastianus Adi Kurniawan.
Kepedulian Wianta terhadap masalah sosial dan kemanusiaan pernah diwujudkan dengan menyumbang sekitar 25 lukisan dalam pameran di Fort Mason Center San Fransisco untuk membantu penelitian AIDS di Asia Tenggara (1993) dan pameran amal untuk gempa Flores, pengungsi Timor Timur, musibah tanah longsor, korban bom Bali dan masyarakat daerah tertinggal di Bali.
Perupa yang pernah meluncurkan kumpulan puisi Korek Api Membakar Almari Es ini menuangkan dalam karya seni instalasi dan pertunjukan seperti Art and Peace (1999), instalasi Dreamland saat tragedi bom Bali, Bienale ke-50 di Venezia (2003), pameran amal di Italia saat peringatan 60 tahun Ferari, Juni 2007 yang hasilnya disumbangkan untuk Unicef, PBB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar