OLEH: WURI WIGUNANINGSIH
Meskipun mayoritas masyarakat Jawa Timur (Jatim) terjun dalam bidang pertanian, namun aneka produk pertanian yang dihasilkan belum mampu bersaing di pasaran. Hal ini dipicu oleh minimnya pemanfaatan teknologi secara optimal. Melihat fenomena ini, pemerintah Jatim menciptakan sistim pelatihan bidang pertanian bernuansa agrobis dengan membangun empat subterminal agrobisnis di Lamongan, Madiun, Probolinggo dan
Kadis Perindustrian dan Perdagangan Jatim, Cipto Budiono menjelaskan, tujuan pembangunan empat terminal agrobisnis tersebut, untuk memperpendek mata rantai perdagangan produk dari petani ke pasar. Dengan begitu, harga yang didapat petani diharapkan lebih tinggi dan lebih baik karena petani bisa menjual langsung tanpa perantara. Ke-empat terminal agrobis itu juga dijadikan tempat informasi pelatihan dan pasar bagi petani yang bergerak di bidang agrobisnis.
Soal dana, per satu terminal agrobis dipatok Rp 5 miliar sampai Rp 6 miliar. Hanya saja, dana ditanggung bersama oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim, Pemkab (Pemkot) dan Departemen Perdagangan. Pemkab (Pemkot) hanya menyediakan lahan seluas 3 hektar, di luar bangunan pasar.
Pemilihan lokasi pasar didasarkan pada letak yang strategis dan komoditas yang dihasilkan. Subterminal agrobisnis disiapkan bagi komoditas hortikultura dan palawija, Madiun jadi pusat penjualan beras, Probolinggo jadi pusat penjualan bawang merah dan
Di Lamongan, rinci Budiono, subterminal agrobisnis dibangun di Kecamatan Babat. Daerah itu merupakan jalur pertemuan beberapa daerah seperti Jombang, Bojonegoro dan Tuban. Dengan demikian, aneka produk hortikultura dari keempat daerah bisa terkumpul untuk mengakses pasar di luar Jatim seperti
Untuk menyebarkan informasi tentang hasil bumi di Jatim, Pemda juga rajin mengikuti expo pertanian yang digelar di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar