Sudah Ada Empat Generasi
OLEH: WURI WIGUNANINGSIH
Kota Surabaya, salah satu
Komunitas kaum urban yang berasal dari daerah sekitar
Bila menjelang sore hari, komunitas yang umumnya berprofesi sebagai pengemis, pemulung atau mencari sisa-sisa makanan di pasar ini akan berkumpul di sekitar Jembatan Merah. Awalnya mereka hanya beristirahat sambil tidur-tiduran. Ketika hari mulai malam, kardus-kardus mulai
mereka dirikan untuk melindungi diri dari angin malam yang dingin. Di Jembatan Merah inilah mereka beranak-pinak. Jumlah pastinya tidak ada yang tahu. Karena setiap hari ada yang datang dan pergi. Jika matahari pagi sudah mulai muncul di ufuk timur, mulailah mereka membokar kardus-kardus dan menyusunnya rapi di pinggir-pinggir gedung
atau di tempat-tempat yang agak tersembunyi. Mereka harus meninggalkan peraduan mereka, karena dari pagi sampai sore, lokasi tersebut dijadikan lahan parkir. Maklum saja, daerah tersebut adalah kawasan perkantoran.
Aktifitas sehari-hari kembali dijalani oleh komunitas gelandangan Jembatan Merah ini. Bahkan menurut keterangan beberapa anggota komunitas ini, ada yang hidup sudah empat generasi tetap tinggal di tempat tersebut. Seperti halnya gelandangan pada umumnya, mereka buta huruf dan tidak pernah mengenyam bangku pendidikan sama sekali.
Pemerintah daerah pernah membuat program untuk perbaikan taraf hidup mereka. Mereka dikumpulkan lalu diberi keterampilan agar kelak dapat hidup mandiri. Mereka juga diberikan rumah Perumnas yang letaknya jauh dari pusat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar