Sabtu

Naik-Turun Harga TOGA

Oleh: Heni Kurniawati
Kebutuhan akan tanaman obat keluarga seperti jahe, kunyit, kencur sebagai bahan baku untuk industri jamu dan obat tradisional terus meningkat. Tandanya tingkat konsumsi jamu dan obat-obatan tradisional sudah merasuki hati masyarakat. Masyarakat tidak lagi hanya mengandalkan obat kimia sebagai penyembuh penyakit.
TOGA dibutuhkan hampir semua usaha baik usaha jamu dan obat tradisional atau usaha warung makanan. Namun usaha tersebut menghadapi kendala. Harga pasaran TOGA naik turun sehingga mereka tidak pasti menentukan harga produk jamu ataupun obat-obatan tradisional.
Ketut, penjual rempah-rempah di pasar Badung, Denpasar, mengaku harga bumbuh dapur seperti jahe, laos, kencur dan kunyit tidak menentu. Harga untuk jahe misalnya mencapai Rp 8000 ribu/kg, untuk kencur Rp 6000 ribu, kunyit Rp 4000, laos berkisar Rp 4000-5000, sementara untuk kunci ia mematok harga Rp 6000 per kilonya. “Harga bumbu ini sering berubah, cepat naik dan juga turun. Naiknya cukup banyak tapi kalau turun hanya sedikit. Saya cuma ambil untung sedikit asal laku. Bumbu-bumbu ini saya dapat dari Jawa, Jember dan Banyuwangi,” katanya.
Sementara Yuliati penjual jamu gendong yang memasarkan jamunya di seputaran Sanur, Denpasar mengaku bahan baku untuk membuat jamu di dapatnya dari pasar Merta Sari. Harga yang diperolehnya sedikit lebih mahal daripada di pasar Badung. Harga yang ditawarkan di pasar Mertasari selisih 500-1000 rupiah dari pasar Badung. Kebutuhan untuk membuat jamu per harinya, ia mengaku menghabiskan tiga kilogram bahan baku.” Saya mencari kunci, kencur, sirih, dan kunyit di pasar dekat rumah saya, di Merta Sari. Harga yang paling mahal itu kunci, soalnya barangnya jarang ada sekitar 7000 per kilonya,” tutur ibu asal Banyuwangi.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung