Bisnis jamu dan obat-obatan tradisional belum menjadi tuan di negeri sendiri. Pengusaha jamu pun kewalahan memasarkan produk mereka di tengah serangan produk serupa dari negeri Cina. Ketua GP Jamu NTB, Drs H Abdullah Landa berharap pemerintah bertindak cepat memberi pembinaan kepada perusahaan jamu berskala kecil (home industry).
Landa menilai harga obat dan biaya konsultasi dokter kian melambung menyebabkan masyarakat beralih mengonsumsi obat-obatan tradisional. Harganya pun murah dibanding dengan layanan kesehatan oleh pemerintah yang lebih berorientasi bisnis. Sesuatu yang sangat ironis dan menyedihkan melihat potensi ekonomi kerakyatan ini terlantar. “Jangankan perlindungan, bahkan sekadar pembinaan terkait dengan peningkatan kualitas produk pun mereka selama ini tak pernah dapat,” ujar Landa.
H Nasrin produsen jamu NTB di bawah bendera CV Tri Utami Jaya sulit membayangkan bila kondisi buruk ini terus berlangsung. Yang pasti, ratusan perusahaan jamu menengah dan besar serta puluhan ribu industri jamu kecil terancam gulung tikar. "Jadi, pemerintah tidak boleh tinggal diam melihat keadaan ini. Pemerintah harus segera turun tangan dengan membuat kebijakan yang benar-benar melindungi kelangsungan hidup industri jamu di dalam negeri," ujar pria kelahiran Malaju, Kilo, Dompu ini.
H Abdullah Landa melihat perkembangan industri jamu di NTB masih megap-megap. Pengusaha jamu masih jalan sendiri-sendiri. Meski sudah ada GP Jamu Indonesia NTB terbentuk, namun masih kurang terkoordinasi dengan baik, apalagi menganut manajemen pasar yang terarah dan tepat sasaran. Padahal potensi tanaman obat (herbal) di NTB melimpah. Tak heran bila jamu belum dikelola optimal sebagai produk primadona.
“Kita membuat obat ini secara iseng-iseng saja. Saya sendiri mengaku membuat obat belum maksimal. Padahal tanaman herbal di NTB cukup melimpah. Saya tekuni selama ini cuma 50-an jenis tanaman obat untuk penyakit dalam, hepatitits, lever, kencing manis, darah tinggi, maag klinis, ginjal,” kata H Abdullah Landa.
Soal penetrasi pasar, Abdullah melihat para produsen jamu sebatas mencetak brosur dan memberikan layanan penyembuhan alternatif. ‘’Ke depan kita lebih memperkuat eksistensi perhimpunan pengusaha jamu NTB. Saat ini baru dua pengusaha di NTB yang serius menangani jamu ini yakni saya sendiri dan CV Tri Utami Jaya,’’ jelas Landa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar