Sabtu

Nonton TV, Aktivitas Utama Manula

OLEH: INDAH W/DDIDIK P
Percaya atau tidak jika orang yang berumur 60 tahun ke atas atau dikategorikan usia lansia masih punya ritme kehidupan yang cukup dinamis. Berdasarkan data Survey Penduduk Antar Sensus 2005 (SUPAS 05) BPS di Bali, tercatat sekitar 300 ribu penduduk kategori itu. Sayang, Bali hanya punya dua panti jompo, Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Wana Seraya di Denpasar dan PSTW Jara Mara Pati di Buleleng. Apa hasil survei aktivitas para manula di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Karangasem, Buleleng dan Kota Denpasar?
Ternyata kegiatan yang paling sering dilakukan para manula justru lebih suka menonton TV (72%) dari 258.173 responden yang disebar. Disusul aktivitas sosial (19,6%). Sisanya membaca (menulis), memelihara tanaman dan ikan hias, olah raga dan memancing untuk mengisi waktu senggang. Dari sumber pendapatan, separo lansia laki-laki masih bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Dari 147.141 responden lansia laki-laki terdapat 65.481 orang (44,5%) terpenuhi kebutuhan finansial dari pekerjaan yang ditekuni sendiri.
Lalu, sumber pendapatan kedua berasal dari pemberian anak/menantu (37,7%) dan uang pensiun. Sedangkan 51,1% lansia wanita tergantung dari penghasilam anak/menantu. Kondisi kesehatan manula di kawasan ulau Dewata termasuk dalam list survei. Sejumlah 134.057 responden (43%) mengaku miliki riwayat kesehatan yang cukup baik. Survei paling signifikan tentang penggunaan bantuan orang lain dalam berkegiatan. Sekitar 87,8% responden mengaku tidak memerlukan bantuan. Sisanya memerlukan bantuan seperti makan/minum, mandi, pakaian dan buang air besar/kecil. Data kuantitatif di atas mengindikasikan suatu hal positif tentang kemandirian hidup di usia senja. Namun, yang perlu dipertanyakan tentang anggapan umum bahwa panti jompo merupakan tempat yang cocok bagi para lansia. Pasalnya, mereka dianggap tidak bisa berkontribusi di tengah lingkungannya. Benarkah demikian?
Sementara itu, kebijakan memelihara gelandangan, fakir miskin, anak telantar dan kaum lanjut usia belum diterapkan sepenuhnya oleh pemerintah. Buktinya, banyak panti yang dikelola swasta dan lembaga keagamaan dengan mengandalkan sumbangan donatur. Hal itu terungkap dalam seminar Pemantapan Manajemen Organisasi Sosial Tingkat Dasar, Tingkat Dasar, Tingkat Menengah dan Tingkat Terampil di Hotel Wito Denpasar dua pekan lalu.
Seminar yang diadakan Dinas Kesejahteraan Sosial Bali itu mengundang perwakilan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) di 8 kabupaten se-Bali. Agenda utama menyoal komitmen Dinas Kesejahteraan Sosial Bali dalam menata pengelolaan organisasi sosial termasuk panti asuhan, panti untuk orang cacat, kelompok bermain (play group). Panti jompo tidak dimasukkan dalam organisasi sosial karena mengurusi kaum lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Wana Seraya Denpasar (50 lansia) dan PSTW Jara Mara Pati Buleleng (80 lansia).
Organisasi sosial di Bali berjumlah 187 dalam bentuk yayasan dan 65 panti asuhan. Karena cukup banyak, maka perlu upaya keras untuk mandiri dalam dana agar segala operasional organisasi atau yayasan tidak tergantung pada pemerintah. ‘’Organisasi sosial perlu mengelola Usaha Ekonomi Produktif sebagai sumber dana,’’ tegas Drs I Gusti Made Bagiada, Kasie Orsos Dinas Kesejahteraan Sosial Bali. Dana yang diperoleh Dinas Kesejahteraan Sosial Bali sekitar Rp 450-500 juta/tahun, dan itu siap digulirkan dalam bentuk bantuan sosial berupa pembelian barang atau alat untuk home industri kepada yayasan atau lembaga sosial yang terdaftar ‘’Sedangkan bantuan yang diberikan kepada para lansia berupa subsidi biaya tambahan permakanan Rp 2250/hari,’’ ujar Sagung Mas Merta, staf Subdin Bidang Kesejahteraan Sosial.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung