OLEH: KEN RATIH INDRI HAPSARI*
Seks bebas di kalangan remaja terus menggejala. Di Kabupaten Indramayu beberapa waktu lalu, lagi ditemukan rekaman adegan sex sepasang remaja SMP dan tersebar luas via internet maupun HP para siswa. Rekaman hubungan seks luar nikah itu sebelumnya langsung direspon bupati setempat yang menganjurkan agar sekolah memeriksa keperawanan siswi SMU, dan hasilnya harus disampaikan kepada orang tua murid. Rencana itu langsung disambut protes keras masyarakat dan LSM perempuan. Pemeriksaan keperawanan yang –dipaksakan- sepihak sekolah merupakan tindakan pelanggaran HAM berat dan justru melecehkan perempuan serta membuat kondisi kejiwaan para siswi tertekan dan malu.
Giddens dalam Transformation of Intimacy mencatat, keterbukaan seksual tidak seluruhnya sama dengan pembebasan. Keterbukaan seksualitas belum tentu sebuah kondisi yang membebaskan, tapi lebih pada cerminan gaya hidup liberal yang dipengaruhi sistem ekonomi pasar bebas yang dikampanyekan secara halus via tanyangan televisi. Televisi layak diperhitungkan sebagai salah satu aktor yang bertanggung jawab, karena sebagai media yang secara intens dikonsumsi oleh masyarakat luas.
Kaum remaja adalah kalangan yang paling banyak terkena imbas dari maraknya gaya hidup liberal. Kaum muda yang dalam fase pencarian jati diri akan mudah terbawa arus, terutama dengan kian menjamurnya tempat hiburan malam sebagai dunia hedon dan rawan pergaulan bebas. Juga gaya hidup yang diimitasi dari suguhan infotainment seputar kehidupan segelintir selebritis, yang gonta-ganti pasangan dan kawin cerai. Menurut Louis Althusser, seorang filsuf Prancis, media termasuk dalam kelompok institusi ideologis tertentu, selain sekolah dan lembaga keluarga. Sikap selalu ingin benar, sempurna dan dipuja merupakan karakter khas selebritis, meski dengan cara menjatuhkan dan melecehkan orang lain sekalipun.
Selain televisi, media cetak juga berperan penting dalam membentuk kesadaran masyarakat. Media cetak sering kurang memperhatikan target konsumen via penjual dan distributor terutama majalah-majalah. Potret ini memudahkan remaja membeli bahan bacaan yang sebenarnya tidak sesuai tuntutan usia. Berbeda dengan kondisi di Amerika, batasan umur konsumen bacaan dikontrol ketat. Pada pemberitaan kriminal, misalnya, perempuan yang jadi korban menjadi suguhan di halaman utama dengan judul tercetak agak tebal. Misalnya, Janda Muda Imut-Imut Digagahi Sopir. Memperkosa sebagai tindakan asusila justru terdistorsi maknanya dengan kata-kata digagahi, seolah pelakunya adalah sosok yang kuat dan gagah, lalu kata janda dan imut-imut menempatkan perempuan seolah hanya objek. Pemberitaan seperti ini sekali tidak berpihak pada perempuan.
Dalam dunia perfilman tanah air, lagu yang dipolulerkan agen-agen industri musik secara kualitas merosot tajam. Mafia dunia entertain secara licik menancapkan kesadaran liberal, cuek dan pasif di tempurung kepala masyarakat, --terutama remaja-- Indonesia. Misalnya lirik lagu, ...hak manusia untuk berpesta.. ampuni aku DJ di tengah para wanita, judul lagu Ketahuan dan Salah, seolah-olah kebutuhan paling mendesak di dunia remaja adalah pacaran, perselingkuhan dan balas dendam. Pun Suny yang dinyanyikan Bunga Citra Lestari di mana perempuan dengan kerelaan hati mau saja dimadu, sama sekali tidak punya posisi tawar selain mengabdikan diri pada cinta buta.
Lirik lagu yang lemah dan keinginan selalu dicintai dan dipuja seperti artis menyebabkan pula narsisme kelompok di kalangan remaja. Semua itu ditandai maraknya geng, klub sepeda motor dan tawuran antar pelajar, selain ketertekanan pelajar menghadapi UN yang ditandai histeria massal. Perilaku pembebasan dari keterasaingan dan ketertekanan remaja selama ini belum memiliki wadah dan mekanisme sehat. Tentu bukan hal mustahil remaja Indonesia sehat jasmani dan rohani, kemenangan siswa-siswi di berbagai lomba olimpiade sains internasional adalah bukti konkrit, manusia bukan diciptakan untuk menjadi buruk, tidak memiliki potensi dan kecakapan.
*) Aktif di KIPAS (Komite Independen Perempuan dan Anak untuk Aksi Sosial) Jember.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar