Rabu

Bisnis Aksesoris Karena Sikap Kreatif

Sri Hediawati
Remaja dan aksesoris seakan tak terpisahkan. Aksesoris kerap menjadi identitas diri kaum muda. Generasi muda pun menjadi sasaran empuk mereka yang terjun di dunia bisnis akseris. Sri Hediawati, misalnya, sejak di bangku kuliah sudah mulai belajar bisnis aksesoris kecil-kecilan. Saat ini, bisnisnya semakin besar. Ia pub berangan-angan memproduksi serta memasarkan produknya sendiri. Selama ini, ia hanya memesan pada orang lain, lalu memasarkannya ke koperasi-koperasi sekolah maupun stand-stand yang khusus menjual aksesoris. Berikut wawancara media ini dengan Sri Hediawati;

Bagaimana cerita awal anda menekuni dunia bisnis aksesoris?

Saya tergolong orang yang suka sekali dengan dunia fesyen. Saya suka sekali mengikuti perkembangan mode, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Selain karena ada darah bisnis dari keluarga, saya berpikir untuk berbisnis aksesoris. Menurut saya, bisnis bukan dunia yang membutuhkan kerja keras untuk mendapatkan hasil. Yang penting kita jeli membidik pasar, pasti semuanya beres. Bahkan, keuntungan yang kita dapat terkadang lebih baik dibandingkan tenaga yang kita keluarkan. Contohnya ya bisnis aksesoris yang saya tekuni sekarang. Karena saya suka dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan fesyen, otomatis saya juga suka menjalani bisnis ini.

Sistem bisnis yang anda jalankan sekarang seperti apa?

Sejak kuliah saya sudah mulai jualan aksesoris. Saat itu yang saya jual berdasarkan tren saja. Ya kalau tas sedang tren, ya saya jualan tas. Kalau sedang tren kalung, gelang atau anting manik-manik ya saya jual aksesoris sejenis itu. Saat itu saya menjualnya hanya pada teman-teman kuliah. Sedangkan sekarang jauh lebih luas. Karena sudah tidak dituntut kuliah dan tuntutan-tuntutan lainnya. Kebetulan saat ini saya juga mengelola kantin di sebuah sekolah SMA di Surabaya. Jadi sangat mendukung bisnis yang sedang saya jalankan. Saat ini, untuk beberapa barang saya mengambil dari Bandung, Jakarta atau Yogjakarta. Misalnya tas, sandal, sepatu atau baju. Keinginan saya adalah langsung mengambil dari pembuatnya sehingga saya bisa memesan model sesuai dengan yang saya inginkan. Untuk saat ini, saya hanya bisa mengambil dari orang kedua. Jadi keuntungan dibagi dua. Kalau aksesoris pin, bros atau stiker, biasanya saya yang mendesain sendiri, lalu pengerjaan saya berikan pada orang lain. Ada yang dikerjakan di Surabaya, tapi ada juga di Bandung. Tergantung hitung-hitungan bisnisnya saja. Untuk akhir-akhir ini, yang sedang tren adalah aksesoris kalung, gelang atau anting dari batu-batuan atau manik-manik. Untuk aksesoris seperti ini, saya beli bahan bakunya dari Pasar Turi atau Pasar Atom Surabaya. Lalu saya dan beberapa teman dan saudara merangkainya. Nanti barang-barang itu saya titipkan di beberapa koperasi sekolah di SMA atau counter-counter aksesoris.

Ide mendesain barang-barang yang akan dijual itu berasal dari anda?

Itu tadi yang saya bilang, keuntungan saya mempunyai kantin di sebuah sekolah SMA dan mempunyai banyak kenalan teman-teman di koperasi sekolah SMA. Dari sanalah saya sering mengamati tingkah polah anak-anak kalau sedang di koperasi. Tidak jarang saya sering berdiskusi dengan mereka, apa yang mereka inginkan. Terkadang saya juga menerima pesanan barang-barang tertentu untuk hadiah ulang tahun atau bingkisan-bingkisan lainnya. Tidak hanya itu, supaya nyambung dengan apa yang mereka omongkan, saya juga harus gemar membaca majalah atau tabloid tentang anak muda. Bahkan sering juga saya menonton film yang sedang digemari oleh anak-anak muda. Dari sanalah saya bisa memperoleh ide membuat rancangan barang tertentu.
(Pewawancara: Wuri Wigunaningsih)

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung