K. Wolini, SE, MM
Sikap mandiri, ketul
usan, kejujuran, membangun komitmen yang kuat dan memotivasi diri untuk membangun dan memajukan daerah serta meningkatkan pendapatan masyarakat, hendaknya menjadi modal utama dan pertama yang harus dimiliki oleh seorang enterepreneur atau wirausahawan yang ingin maju dan sukses. Kemandirian, kegigihan, daya akses yang kuat dan tidak mengenal putus asa adalah kunci meraih kesuksesan. Berikut wawancara dengan K. Wolini, SE, MM, ketua DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) NTB yang juga ketua DPD NTB Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia NTB;
Bagaimana jati diri seorang pengusaha?
Seorang pengusaha hendaknya punya niat, komitmen untuk maju dan tidak gampang menyerah dalam kondisi apapun. Seorang pengusaha akan mengalami pasang surut dalam usahanya. Kita harus menyakini keberhasilan itu datang dari usaha yang kita tekuni. Jangan setengah-setengah meski kita harus rasakan turun-naiknya usaha yang kita geluti.
Apa yang dimaksud pengusaha profesional?
Pengusaha profesional berangkat dari diri kita sendiri. Kalau kita tidak ada niat untuk jadi pengusaha meski kita keturunan pengusaha sukses, maka kita tidak akan jadi pengusaha yang berhasil. Yang penting kemandirian sebagai seorang pengusaha harus kita tanamkan dulu. Jangan terlalu bergantung pada orang lain atau kesuksesan orangtua. Kita juga harus punya basis sebagai seorang pengusaha. Janga coba-coba berusaha tanpa ada niat untuk maju.
Arah kewirausahaan menurut Anda?
Kalau menurut saya, yang penting pengusaha memiliki komitmen untuk mengembangkan daerah, ke mana arah dan tujuan kita sebagai pengusaha. Yang penting kita bisa mengembangkan perekonomian kelas bawah. Kita bisa membantu masyarakat yang nota bene penghasilannya masih sangat rendah, untuk bisa menghidupi kebutuhan sehari-hari.
Soal kemandirian seorang pengusaha?
Kemandirian seorang pengusaha itu terletak pada komitmen memajukan usahanya untuk penyerapan tenaga kerja. Jangan cepat putus asa sebagai pengusaha. Hal ini merupakan spirit penting dalam mencetak diri sendiri sebagai seorang pengusaha sukses. Seorang pengusaha tak boleh patah semangat jika perusahaannya mengalami penurunan omzet. Namun seorang pengusaha bisa memikirkan dan merencanakan usaha lain untuk menciptakan lapangan kerja. Yang penting kita mempunyai tujuan yang luhur untuk penyerapan tenaga kerja.
Bagaimana awal Anda menjadi pengusaha?
Saya jadi pengusaha sukses seperti sekarang ini, awalnya dari nol atau dari bawah. Tapi saya punya komitmen untuk maju, walaupun saya perempuan. Saya tetap komit untuk ikut mengembangkan daerah NTB. Dengan catatan pengalaman saya ini, jangan putus asa. Kedua, melihat peluang yang bisa dikembangkan. Selain itu kita juga harus pintar-pintar melakukan lobi kepada pemerintah ataupun partner-partner pengusaha yang sudah maju. Kalau modal itu urusan kedua, yang penting niat untuk maju, meski demikian kita tidak munafik, kalau modal itu sangat perlu.
Saran Anda bagi warga NTB yang jadi TKI?
Kami menghimbau kepada pemerintah dan calon tenaga kerja terutama anak muda, jangan berpikir atau bangga menjadi TKI di luar negeri. Justru kita bangga menjadi pengusaha di negeri kita sendiri. Mari kita bekerja untuk mengembangkan daerah kita dengan menggandeng pengusaha-pengusaha besar maupun pemerintah.
Soal peran pemerintah?
Pemerintah membuka lapangan kerja dengan menggandeng pengusaha besar. Selama ini saya melihat pengusaha-pengusaha yang sudah berkembang merasa tertekan dengan adanya pajak besar, pungutan liar yang besar, perijinan yang sulit. Itulah yang menyebabkan lambannya perekonomian di NTB. Solusinya, kita pengusaha dikasih kemudahan perijinan oleh pemerintah, pasti kita bergerak. Sebagai pengusaha, kita harus menjemput bola.
Lantas, harapan Anda?
Pemerintah dengan pengusaha ini harus bersinergi. Tidak saling memojokkan salah satu pihak. Kita ingin memajukan daerah di bidang perekonomian, pariwisata atau pertanian. Kita tentunya siap membuat kiat apa yang perlu kita kembangkan. Saya mencontohkan, salah satu andalan pariwisata NTB adalah kawasan wisata Senggigi. Namun masih sangat disayangkan infrastrukturnya tidak ada. Bagaimana orang luar bisa melirik untuk menanam modal di daerah ini. Hujan satu jam, setengah jam saja sudah banjir. Untuk itu perlu dibangun infrastruktur. Pembangunan infrastruktur itu akan menyerap tenaga kerja.
(Pewawancara: Hernawardi)

Bagaimana jati diri seorang pengusaha?
Seorang pengusaha hendaknya punya niat, komitmen untuk maju dan tidak gampang menyerah dalam kondisi apapun. Seorang pengusaha akan mengalami pasang surut dalam usahanya. Kita harus menyakini keberhasilan itu datang dari usaha yang kita tekuni. Jangan setengah-setengah meski kita harus rasakan turun-naiknya usaha yang kita geluti.
Apa yang dimaksud pengusaha profesional?
Pengusaha profesional berangkat dari diri kita sendiri. Kalau kita tidak ada niat untuk jadi pengusaha meski kita keturunan pengusaha sukses, maka kita tidak akan jadi pengusaha yang berhasil. Yang penting kemandirian sebagai seorang pengusaha harus kita tanamkan dulu. Jangan terlalu bergantung pada orang lain atau kesuksesan orangtua. Kita juga harus punya basis sebagai seorang pengusaha. Janga coba-coba berusaha tanpa ada niat untuk maju.
Arah kewirausahaan menurut Anda?
Kalau menurut saya, yang penting pengusaha memiliki komitmen untuk mengembangkan daerah, ke mana arah dan tujuan kita sebagai pengusaha. Yang penting kita bisa mengembangkan perekonomian kelas bawah. Kita bisa membantu masyarakat yang nota bene penghasilannya masih sangat rendah, untuk bisa menghidupi kebutuhan sehari-hari.
Soal kemandirian seorang pengusaha?
Kemandirian seorang pengusaha itu terletak pada komitmen memajukan usahanya untuk penyerapan tenaga kerja. Jangan cepat putus asa sebagai pengusaha. Hal ini merupakan spirit penting dalam mencetak diri sendiri sebagai seorang pengusaha sukses. Seorang pengusaha tak boleh patah semangat jika perusahaannya mengalami penurunan omzet. Namun seorang pengusaha bisa memikirkan dan merencanakan usaha lain untuk menciptakan lapangan kerja. Yang penting kita mempunyai tujuan yang luhur untuk penyerapan tenaga kerja.
Bagaimana awal Anda menjadi pengusaha?
Saya jadi pengusaha sukses seperti sekarang ini, awalnya dari nol atau dari bawah. Tapi saya punya komitmen untuk maju, walaupun saya perempuan. Saya tetap komit untuk ikut mengembangkan daerah NTB. Dengan catatan pengalaman saya ini, jangan putus asa. Kedua, melihat peluang yang bisa dikembangkan. Selain itu kita juga harus pintar-pintar melakukan lobi kepada pemerintah ataupun partner-partner pengusaha yang sudah maju. Kalau modal itu urusan kedua, yang penting niat untuk maju, meski demikian kita tidak munafik, kalau modal itu sangat perlu.
Saran Anda bagi warga NTB yang jadi TKI?
Kami menghimbau kepada pemerintah dan calon tenaga kerja terutama anak muda, jangan berpikir atau bangga menjadi TKI di luar negeri. Justru kita bangga menjadi pengusaha di negeri kita sendiri. Mari kita bekerja untuk mengembangkan daerah kita dengan menggandeng pengusaha-pengusaha besar maupun pemerintah.
Soal peran pemerintah?
Pemerintah membuka lapangan kerja dengan menggandeng pengusaha besar. Selama ini saya melihat pengusaha-pengusaha yang sudah berkembang merasa tertekan dengan adanya pajak besar, pungutan liar yang besar, perijinan yang sulit. Itulah yang menyebabkan lambannya perekonomian di NTB. Solusinya, kita pengusaha dikasih kemudahan perijinan oleh pemerintah, pasti kita bergerak. Sebagai pengusaha, kita harus menjemput bola.
Lantas, harapan Anda?
Pemerintah dengan pengusaha ini harus bersinergi. Tidak saling memojokkan salah satu pihak. Kita ingin memajukan daerah di bidang perekonomian, pariwisata atau pertanian. Kita tentunya siap membuat kiat apa yang perlu kita kembangkan. Saya mencontohkan, salah satu andalan pariwisata NTB adalah kawasan wisata Senggigi. Namun masih sangat disayangkan infrastrukturnya tidak ada. Bagaimana orang luar bisa melirik untuk menanam modal di daerah ini. Hujan satu jam, setengah jam saja sudah banjir. Untuk itu perlu dibangun infrastruktur. Pembangunan infrastruktur itu akan menyerap tenaga kerja.
(Pewawancara: Hernawardi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar