Ikhwan SH
Berbeda dengan zaman paska kemerdekaan atau zaman orde baru, zaman sekarang (paska reformasi) sangat sulit mencari tokoh pemuda militan. Militan dalam arti gigi
h memperjuangkan nasib bangsa ini. Sulitnya bangsa ini menelurkan tokoh-tokoh pemuda kritis, disinyalir karena peran orangtua dalam mendidik anaknya lebih kepada kebutuhan materi sehingga generasi muda banyak yang terjebak dalam life style dunia modern. Tak hanya itu, zaman reformasi atau zaman kebebasan ini, tantangan-tantangan dan tekanan kepada pemuda oleh penguasa kurang berbeda dengan orde baru. Berikut wawancara media ini dengan tokoh pemuda Muhammadiyah yang sekarang ini duduk sebagai Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Muhammadiyah, Ikhwan SH, di ruang kerjanya.
Sekarang bangsa ini sulit menelurkan tokoh-tokoh pemuda yang militan. Apa komentar Anda?
Memang banyak faktor yang menyebabkan menurunnya semangat pemuda dalam kehidupan bernegara sekarang ini. Salah satunya peran orang tua dan pendidik yang kurang membekali pengalaman berorganisasi, kurang memberikan suport kepada anaknya dalam berorganisasi karena takut nanti menggangu prestasi anaknya dan lain-lain. Ditambah lagi zaman yang sudah berubah ini, gaya hidup modern menjadi pilihan mereka.
Dalam hal ini, saya melihat reformasi merupakan zaman kebebasan, yang pada akhirnya mereka terbuai dengan kehidupannya sendiri dan ini membentuk karakter pemuda yang kita saksikan sekarang ini, suka clubing, hura-hura, glamour dan selalu ingin mencari kesenangan pribadi.
Dulu, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Pemuda Muhammadiyah (IPM), PII, GMNI dan organisasi-organisasi kepemudaan lain sangat kuat, berbeda dengan sekarang yang ‘serba manja’ dan kurang gregetnya di masyarakat.
Kenapa geliat organisasi-organisasi pemuda melemah?
Lemahnya itu tadi, karena gaya hidup yang lebih modern. Berorganisasi hanya sekedar ikut-ikutan sehingga pemuda cenderung lebih manja, kurang berinisiatif, kurang memberikan pemikiran atau ide baru tetapi mudah mencontoh atau meneruskan apa yang sudah ada. Mereka kurang kritis terhadap jalannya kehidupan bernegara.
Kenapa pemuda p
ada zaman orde baru, misalnya, lebih kritis?
Ciri pemuda dulu bisa maju karena hidupnya ditekan, penuh tantangan hidup sehingga ia harus bersaing. Tekanan bisa datang dari orang tuanya, penguasa sehingga ia bisa berpikir kritis dan mempunyai kemauan keras untuk maju. Berbeda dengan pemuda sekarang yang hidupnya serba mudah didukung oleh teknologi dan life-style modern sehingga hidupnya menjadi glamour, bebas dan urakan sehingga sulit menelurkan tokoh-tokoh pemuda yang mumpuni.
Maksud Anda pemuda sekarang kehilangan visi dan misi?
Yang pertama harus dipahami bahwa memang telah banyak perubahan di negeri ini. Perubahan-perubahan itu meliputi life style, orientasi dari masyarakat pada zaman ini. Memang kalau kita menengok pada pergerakan pemuda masing-masing generasi, pemuda memiliki visi dan misi sendiri-sendiri secara jelas. Misalnya pada tahun 1928 dengan Sumpah Pemuda. Kemudian angkatan 45 sebagai pelopor kemerdekaan. Pada tahun 60-an muncul angkatan 66 sebagai upaya melakukan koreksi terhadap jalannya pemerintahan. Kemudian lahir juga angkatan 70-an dan zaman orde baru. Jadi setiap periode jelas visi dan misinya, tidak seperti sekarang.
Jadi ruang gerak pemuda harus disertai visi dan misi yang jelas?
Ya benar, visi dan misi gerakan pemuda setidaknya telah memberikan pengaruh terhadap ruang gerak pemuda, meskipun disadari bahwa angkatan-angkatan terdahulu itu masih relatif progresif dengan visi yang tetap dan nilai-nilai nasionalisme yang diembannya. Terbukti dengan aksi pemuda terhadap penolakan dekolonialisme, yakni soal investasi di dalam negeri oleh pemerintahan Jepang. Kemudian juga dengan peristiwa Malari dan sebagainya. Kemudian tahun-tahun berikutnya lahir pimpinan-pimpinan mahasiswa yang melakukan koreksi terhadap pengelolaan pemerintahan agar terbentuk pemerintahan yang baik dan bersih. Ketika itu pemuda mahasiswa sudah memiliki ruang yang cukup untuk berimprovisasi dalam melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan sehingga muncul juga tokoh-tokoh pemuda mahasiswa seperti Hariman Siregar, Lukman Hakim (UI), Lukman Mokoginda (UGM), Harun Al Rasyid, dan lain-lain. Tokoh-tokoh mahasiswa inilah yang dalam perjalanan sejarah cukup memberikan warna dan arah dalam pengelolaan bangsa dan negara.
Bagaimana dengan zaman orde baru?

Sekarang bangsa ini sulit menelurkan tokoh-tokoh pemuda yang militan. Apa komentar Anda?
Memang banyak faktor yang menyebabkan menurunnya semangat pemuda dalam kehidupan bernegara sekarang ini. Salah satunya peran orang tua dan pendidik yang kurang membekali pengalaman berorganisasi, kurang memberikan suport kepada anaknya dalam berorganisasi karena takut nanti menggangu prestasi anaknya dan lain-lain. Ditambah lagi zaman yang sudah berubah ini, gaya hidup modern menjadi pilihan mereka.
Dalam hal ini, saya melihat reformasi merupakan zaman kebebasan, yang pada akhirnya mereka terbuai dengan kehidupannya sendiri dan ini membentuk karakter pemuda yang kita saksikan sekarang ini, suka clubing, hura-hura, glamour dan selalu ingin mencari kesenangan pribadi.
Dulu, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Pemuda Muhammadiyah (IPM), PII, GMNI dan organisasi-organisasi kepemudaan lain sangat kuat, berbeda dengan sekarang yang ‘serba manja’ dan kurang gregetnya di masyarakat.
Kenapa geliat organisasi-organisasi pemuda melemah?
Lemahnya itu tadi, karena gaya hidup yang lebih modern. Berorganisasi hanya sekedar ikut-ikutan sehingga pemuda cenderung lebih manja, kurang berinisiatif, kurang memberikan pemikiran atau ide baru tetapi mudah mencontoh atau meneruskan apa yang sudah ada. Mereka kurang kritis terhadap jalannya kehidupan bernegara.
Kenapa pemuda p

Ciri pemuda dulu bisa maju karena hidupnya ditekan, penuh tantangan hidup sehingga ia harus bersaing. Tekanan bisa datang dari orang tuanya, penguasa sehingga ia bisa berpikir kritis dan mempunyai kemauan keras untuk maju. Berbeda dengan pemuda sekarang yang hidupnya serba mudah didukung oleh teknologi dan life-style modern sehingga hidupnya menjadi glamour, bebas dan urakan sehingga sulit menelurkan tokoh-tokoh pemuda yang mumpuni.
Maksud Anda pemuda sekarang kehilangan visi dan misi?
Yang pertama harus dipahami bahwa memang telah banyak perubahan di negeri ini. Perubahan-perubahan itu meliputi life style, orientasi dari masyarakat pada zaman ini. Memang kalau kita menengok pada pergerakan pemuda masing-masing generasi, pemuda memiliki visi dan misi sendiri-sendiri secara jelas. Misalnya pada tahun 1928 dengan Sumpah Pemuda. Kemudian angkatan 45 sebagai pelopor kemerdekaan. Pada tahun 60-an muncul angkatan 66 sebagai upaya melakukan koreksi terhadap jalannya pemerintahan. Kemudian lahir juga angkatan 70-an dan zaman orde baru. Jadi setiap periode jelas visi dan misinya, tidak seperti sekarang.
Jadi ruang gerak pemuda harus disertai visi dan misi yang jelas?
Ya benar, visi dan misi gerakan pemuda setidaknya telah memberikan pengaruh terhadap ruang gerak pemuda, meskipun disadari bahwa angkatan-angkatan terdahulu itu masih relatif progresif dengan visi yang tetap dan nilai-nilai nasionalisme yang diembannya. Terbukti dengan aksi pemuda terhadap penolakan dekolonialisme, yakni soal investasi di dalam negeri oleh pemerintahan Jepang. Kemudian juga dengan peristiwa Malari dan sebagainya. Kemudian tahun-tahun berikutnya lahir pimpinan-pimpinan mahasiswa yang melakukan koreksi terhadap pengelolaan pemerintahan agar terbentuk pemerintahan yang baik dan bersih. Ketika itu pemuda mahasiswa sudah memiliki ruang yang cukup untuk berimprovisasi dalam melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan sehingga muncul juga tokoh-tokoh pemuda mahasiswa seperti Hariman Siregar, Lukman Hakim (UI), Lukman Mokoginda (UGM), Harun Al Rasyid, dan lain-lain. Tokoh-tokoh mahasiswa inilah yang dalam perjalanan sejarah cukup memberikan warna dan arah dalam pengelolaan bangsa dan negara.
Bagaimana dengan zaman orde baru?
Walau ruang gerak mahasiswa dipersempit namun karena banyaknya tekanan dari pemerintahan orde baru waktu itu kembali lahir tokoh-tokoh pemuda yang militan. Ada yang dipenjara, disiksa, dihilangkan nyawanya, dan lain-lain. Namun tak sekental peran pemuda mahasiswa di tahun pergerakan (angkatan 45 dan 66).
Bagaimana dengan pemuda zaman reformasi sekarang ini?
Di zaman reformasi ini sebenarnya ada banyak ruang mahasiswa untuk berkreasi hanya saja ada semacam implikasi. Pemuda semakin banyak yang memilih kehidupan glamor, gaya hidup yang mewah, mau mendapat uang yang cepat, hidup gaya bebas, dan lain-lain.
Bukankah kurangnya kesempatan yang diberikan generasi tua kepada pemuda?
Saya rasa tidak seperti itu. Kematangan, prestasi, jiwa negarawan, kecakapan, dan lain-lain masih menjadi tolak ukur pemimpin nasional, bukan dilihat dari usia. Dan di setiap organisai baik itu politik, ormas, kaum tua, selalu memberikan kesempatan kepada yang muda yang berprestasi. Saya pikir sudah saatnya pemerintah melalui kementrian pemuda dan olah raga harus melakukan terobosan-terobosan yang melahirkan kebijakan-kebijakan yang fundamental, yang memberikan ruang kepada pemuda dan mahasiswa untuk melakukan keintelektualannya sehingga pada gilirannya kita akan menemukan pemuda yang berkarakter menggantikan estafet kepemimpinan bangsa dan negara ini.
(Pewawancara: Agus Salam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar