Ustadz muda, Dedi Aslam
Berdalih kesibukan, tren anak jaman sekarang lebih suka menitipkan orang tuanya ke panti jompo. Simak penuturan ustadz muda, Dedi Aslam terkait hal tersebut.
Bagaimana pandangan agama Islam terhadap kasus di atas?
Berarti anak belum siap menerima kondisi orang tuanya seperti itu. Seharusnya kita perlu mengingat jasa orang tua yang telah bertaruh nyawa untuk mengandung, melahirkan bahkan merawat hingga dewasa. Belum lagi arahan dan pembinaan budi pekerti yang sejak kecil telah ditanamkan. Ada hadits yang mengatakan, “Sangat rugi seseorang apabila ia masih hidup dengan orang tuanya tapi tidak mengantarkannya ke dalam surga”. Hadits ini menegaskan bahwa tanggung jawab anak kepada orang tuanya adalah berbakti dan menuntunnya ke jalan kebaikan (surga) seperti orang tua mengajarkan kepada anaknya dulu. Jika ada anak yang menitipkan orang tuanya ke panti jompo berarti anak tersebut tergolong anak durhaka, anak yang tidak berbakti kepada orang tua.
Kenapa bisa sampai pada hukum durhaka?
Karena sang anak telah lupa bagaimana sang ibu merawatnya dari mengandung, buaian, menikah bahkan sampai menjelang ajal menjemputpun orang tua akan tetap mendampingi putra-putri tercintanya. Seperti dalam sebuah lagu, kasih sayang orang tua tak ada batasnya laksana sang mentari menyinari alam semesta. Jika sedemikian besar pengorbanan orang tua terhadap anak, tak ada balasankah (balas budi) kepada orang tua tercintanya?
Lantas apa wujud baktinya?
Bakti anak kepada orang tua tentu banyak sekali. Di antaranya bagaimana membahagiakan mereka (bukan dengan materi yang berlimpah), berbuat baik, menebarkan nilai-nilai postif dan menemani tatkala sakaratul maut. Pada saat akhir hayat tersebut, orang tua tentu sungguh ingin berada di samping orang-orang tercinta dan orang yang paling terdekat dengannya tak lain adalah anaknya sendiri. Bahkan tatkala orang tua telah tiada, sang anak juga berkewajiban untuk mendoakan agar diberi keselamatan dan ketenangan dalam kubur. Ada tiga amalan yang tidak akan habis sampai menjelang hari penghitungan (kiamat) yaitu ilmu yang bermanfaat, shodaqoh jariyah dan anak yang sholeh. Hal yang terakhir adalah investasi tiada tara yang mampu menyelamatkan orang tua dari adzab api neraka. (Pewawancara: Didik Purwanto)
BIODATA:
Nama : Dedi Aslam
Tempat/tgl lahir : Klungkung, 12 Oktober 1974
Pendidikan :
D3 Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab LIPIA Jakarta (1996-1999)
S1 Pendidikan Agama Islam di STAIQ Denpasar (sekarang)
Pengalaman Organisasi dan Pekerjaan:
Manager Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Harum Sejahtera (sekarang)
Dosen Agama Islam STAIQ Denpasar (2004-sekarang)
Owner Susu Kedelai “Alami” Klungkung (sekarang)
Wakil Kepala Kampung Muslim Lebah Klungkung (sekarang)
Sekretaris Nuansa Persaudaraan Muslim Al Mannar Jakarta (1996-2001)
Alamat: Jl. Diponegoro 125 Klungkung Bali Telp. (0363) 22079
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar