Ike Herdiana SPsi
Tingginya mobilitas masyarakat usia produktif di perkotaan, bisa mengakibatkan berkurangnya perhatian yang diberikan anak pada orangtuanya. Selanjutnya orangtuapun merasa tidak berguna, terbuang dan tidak punya harga diri. Di kota-kota besar, salah satu pilihan supaya para orangtua yang ditinggal anak, menantu dan cucunya ini beraktifitas dan tidak kesepian, mereka putuskan untuk tinggal di panti jompo atau panti wreda. Yang pasti budaya Indonesia masih memandang tidak pantas jika orangtua dititipkan di panti jompo. Sementara itu, baik dilihat dari sisi positif maupun negatif, yang terbaik dan demi kenyamanan orangtua, lebih baik mereka tinggal di tengah keluarga sendiri. Selain karena budaya kita masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, dengan memelihara sendiri orangtua sampai mati adalah bentuk pengabdian anak pada orangtuanya. Berikut wawancara Ike Herdiana SPsi, dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya seputar kejiwaan manula yang dititipkan anak di panti jompo.
Tren anak-anak di kota besar menitipkan orangtua mereka di panti jompo pertanda terjadi pergeseran budaya?
Saya kurang sependapat kalau menitipkan orangtua di panti jompo menjadi sebuah tren di tengah masyarakat kita. Kalau dikatakan terjadi kenaikan jumlah penghuni dan jumlah panti jompo saya setuju. Dari data yang pernah saya baca, tidak lebih dari 2 % jumlah manula yang tinggal di panti jompo, dibandingkan jumlah manula yang ada di Indonesia. Dari dulu, menitipkan orangtua di panti jompo sudah ada. Terutama bagi mereka yang tidak punya keluarga. Cuma jumlahnya sekarang lebih banyak dibandingkandahulu, khususnya di perkotaan. Karena mobilitas masyarakat perkotaan sangat tinggi sehingga perhatian pada orangtuanya kurang. Tapi hal seperti ini tidak terjadi di pedesaan. Karena budaya kita masih memandang tidak baik atau kurang sesuai jika menitipkan orangtua di panti jompo. Selain itu, aktifitas masyarakat pedesaan tidak setinggi masyarakat kota.
Bagaimana budaya masyarakat Jawa memandang keberadaan lansia di tengah keluarga atau masyarakat?
Budaya kita masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur nenek moyang.
Sehingga orangtua yang sudah tua, ya seharusnya dipelihara anaknya sampai
mati. Termasuk ketika mereka sakit dan tidak bisa melakukan aktivitas
apapun juga. Merawat orangtua yang sudah sakit sudah menjadi kewajiban
anak pada orangtuanya. Tindakan ini sebagai bentuk balas budi anak pada
orangtua yang telah membesarkan mereka. Tapi karena situasi dan kondisi
yang tidak memungkinkan, misalnya anak, menantu dan cucunya sibuk
bekerja, para orangtua ini ditinggal sendiri di rumah. Akhirnya si orangtua
ini merasa sendiri, tidak berguna dan tidak punya harga diri. Bagi
mereka yang mampu ada yang menyewa perawat untuk menemani di rumah. Tapi ada juga, atas permintaan para orangtua ini sendiri, untuk tinggal
di panti jompo. Budaya kita yang mengharuskan merawat orangtua kita sampai
mati, sesungguhnya seperti budaya Cina. Orang Cina terkenal sebagai
seorang yang pekerja keras. Untuk menghargai hasil kerja keras orangtua, para
anak akhirnya memelihara orangtua mereka sebaik-baiknya. Semakin sukses
anak-anak mereka, penghargaan yang diberikan pada orangtua mereka juga
semakin besar. Karena itulah, orang Cina yang sudah tua, umumnya
dipelihara oleh perawat yang banyak. Sangat jarang orang Cina yang sudah tua
dititipkan di panti jompo.
Apa sisi positif dan negatif jika kita menitipkan orangtua di panti
jompo?
Jika melihat orangtua yang dititipkan dipanti jompo, kita tidak bisa melihat dari satu sisi saja. Kita melihat dua sisi tersebut tentunya dari kacamata orang luar. Bukan dari kacamata kita atau kacamata orangtua kita. Bila dilihat dari sisi negatif, orangtua tersebut seperti orang yang tidak berguna, tidak diakui keluarga, tidak dihargai atau tidak punya harga diri. Sepertinya anak tidak memperhatikan orangtua dan tidak tahu balas budi. Pandangan seperti tentu saja tidak lepas dari budaya masyarakat kita yang masih memandang jelek orangtua yang dititipkan di panti jompo. Tapi kalau kita memandang sisi positif, sesungguhnyya banyak juga. Di antaranya mereka punya teman sebaya. Jadi orangtua kita juga bisa bersosialisasi dengan baik. Selain secara mental mereka akan sehat, secara fisik juga akan sehat. Mereka tidak akan merasa kesepian atau tidak berguna. Kegiatan di panti jompo juga banyak yang bermanfaat. Mereka mendapat siraman rohani yang baik. Kemudian kegiatan-kegiatan menghibur lainnya. Seperti menyanyi atau menari. Jika mental dan fisik mereka
terpelihara dengan baik, meskipun kesempatan hidup mereka panjang, tapi
mereka merasa tetap bermanfaat.
Dengan menitipkan orangtua di panti jompo akan merenggangkan
hubungan antara orangtua dan anak?
Sekarang tergantung dari panti jomponya. Yang saya tahu, di panti jompo itu ada aturan, jika orangtua ingin pulang, keluarga tidak boleh menolak. Kapanpun juga. Demikian juga dengan pihak keluarga. Kapanpun juga, mereka harus menerima dan tidak boleh menolak, jika orangtua mereka minta pulang ke rumah. Dengan demikian, hubungan kekeluargaan mereka tidak akan putus. Selain itu, ada waktu kunjungan keluarga di luar waktu-waktu istirahat mereka. Misalnya Sabtu atau Minggu. Kemudian ada waktu di mana pihak keluarga wajib membawa keluar atau jalan-jalan orangtua mereka jika orangtua memang menginginkannya. Tapi apapun yang terjadi, sesungguhnya orangtua jauh lebih aman dan nyaman bila tinggal di tengah keluarganya.
(PEWAWANCARA: WURI WIGUNANINGSIH)
BIODATA:
Nama: Ike Herdiana SPsi
Pendidikan: S1 Fakultas Psikologi Universitas Pandjajaran. Sedang menempuh S2
Pekerjaan: Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar