Rabu

Saatnya Kaum Muda Selamatkan Pariwisata Bali

Drs I Nyoman Madiun, M.Sc.
Maju mundurnya pariwisata Bali di masa mendatang sepenuhnya di pundak generasi muda. Bila Bali pada tahun 2007 mampu menarik kembali wisatawan tradisional dari Eropa, diyakini akan mampu membuat detak pariwisata Bali berdegup kencang. Selama ini wisatawan Asia seperti Korea dan Taiwan secara kuantitas banyak, namun memiliki spending power rendah. Meski begitu, siapapun yang berkunjung ke Bali perlu diterima dengan baik. Karena itu, generasi muda perlu diberi ruang gerak yang memungkinkan mereka mengembangkan talenta untuk memajukan pariwisata Bali. Akademisi dan pengamat pariwisata Bali, Drs I Nyoman Madiun, M.Sc. membeberkan pendapatnya kepada media ini:

Benarkah turis masih ketakutan datang ke Bali?

Sebenarnya di mana pun peristiwa yang tidak diinginkan bisa saja terjadi. Prinsipnya, berpikir tentang hal-hal terburuk harus dihilangkan. Tahun baru 2007 ini berpikirlah optimis, apalagi ada tanda-tanda kesadaran masyarakat untuk mempertahankan keamanan. Mereka banyak belajar dari pengalaman, bahwa tindakan merusak tak saja merugikan dirinya tapi juga menjadi tanggungan semua. Ini sebuah fenomena better condition, artinya telah muncul kesadaran yang perlu dipertahankan. Keamanan akan memegang peranan penting dan bila tidak terjaga dengan baik, maka “do not expect that tourist welcome ,no way, you will be left by client.”

Apakah Bali harus mengubah image?

Ya, image telah berubah kendati tidak begitu besar, contoh Natal tidak dapat dilepaskan dengan tahun baru. Di Bali, sudah tak ada lagi yang menyebut-nyebut ancaman teror saat dua momen itu berlangsung.Yang paling penting ditanamkan pada masyarakat adalah kesadaran bahwa pariwisata menjadi sumber kehidupan, maka suka ataupun tidak harus diamankan dan tidak boleh diganggu. Image itu akan tercipta kala mampu diberikan kesejukan kepada setiap orang yang datang (wisatawan) diawali dengan greeting serta senyum tanpa menunjukkan wajah curiga, dan inilah cara yang paling tepat.


Selain keamanan, apakah ada ketidaknyamanan lain yang dirasakan para turis?

Saya juga kebetulan mengajar mahasiswa dari Jerman sejak tahun 2000. Ada komplain seperti kekumuhan dan jalan macet di mana- mana, namun pada intinya mereka (wisatawan) menyadari kondisi tersebut bukanlah sesuatu yang permanen dan gampang diperbaiki. Justru yang harus diperbaiki dengan segera adalah mental dan atittude.

Seperti apa riilnya?

Misalnya, taksi yang mengantar tamu dengan jarak tertentu semestinya hanya hitungan 5 menit menjadi 25 menit. Hal ini memberi dampak terhadap harga servis dan perilaku semacam ini harus diperbaiki. Seharusnya kita menerima mereka (turis) sebagai orang yang dihormati. Namun karena sikap mental seperti itulah mereka juga takut berinvestasi di Indonesia.

Bisakah perayaan pergantian tahun dapat dikemas menjadi sesuatu yang menarik untuk disuguhkan kepada wisatawan?

Ide ini bagus, tapi orang Bali harus bisa memberikan sesuatu yang berbeda bagi wisatawan yang ingin merayakan tahun baru di sini. Tapi dalam pelaksanaannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kehadiran orang luar Bali semestinya disambut positif. Momentum pergantian tahun itu harus dapat digunakan sebagai justisifikasi bahwa Bali kendati beberapa kali diguncang peledakan bom, masih bisa bangkit.

Lantas siapa yang menjadi pionir?

Mudah mudahan generasi muda yang mau menjadi pionir. Sebab kalangan remaja dan mahasiswa yang selama ini acapkali dituduh sebagai pionir menunjukan tindakan yang kurang bijaksana, suka mabuk, berkelahi, dan “preman”. Merekalah yang harus menjadi pelopor bahwa generasi muda tidak semua seperti itu dan hal ini dimulai dari lingkungan pendidikan formal sehingga keamanan dan kenyamanan menjadi menu keseharian yang harus disuguhkan kepada wisatawan.

Apa gagasan yang dapat Anda ditawarkan kepada generasi muda?

Ide saya ke depan bagaimana mengembalikan image Bali dengan memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk berbicara pada suatu event tertentu, sehingga mereka (mahasiswa) dapat menarik wisatawan.Talenta yang dimiliki kalangan muda sebenarnya tinggal aksi saja untuk mengumpulkan dana, sekaligus menunjukan bahwa Bali itu aman dengan sebuah entertaiment.
(Pewawancara: Agus Eriyana)
BIODATA
Nama : Drs I Nyoman Madiun, M.Sc.
Asal : Denpasar, Bali
Pendidikan :
S1 FE UNUD 1979
Program Akta IV IKIP Malang 1984
S2 (M.Sc. In Tourism Planning and Marketing) University of Surrey, Inggris 1993.
Sedang menyelesaikan S3 Program Studi Kajian Budaya Unud Denpasar, Bali.
Pekerjaan :
Dosen tetap Sekolah Tinggi Pariwisata Bali 1979- sekarang
Dosen luar biasa Program MM Universitas Udayana Denpasar 1999- sekarang
Dosen luar biasa program S2 Kajian pariwisata Unud 2001-sekarang
Dosen luar biasap rogram S2 Hospitality Management Universitas Tri Sakti Jakarta 2003-sekarang
Dosen luar biasa Program Khusus Untuk Mahasiswa Jerman FE Unud 1988-sekarang
Dosen honorer pada sejumlah PTS di Bali 1979-sekarang
Konsultan di bidang pariwisata dalam rangka Pengembangan Kualitas SDM Pariwisata di Kawasan Indonesia Bagian Timur (Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Papua, Maluku dan Kalimantan Timur) 1980-sekarang.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung