OLEH : AGUS SALAM
Agak sulit mencari kerajinan tangan di
Setiap hari, suasana di bursa kerajinan rotan selalu ramai dikunjungi konsumen. Mereka membeli berbagai keperluan, seperti cinderamata, parcel, ferniture hingga perlengkapan seserahan untuk acara pernikahan. Di ruangan yang tidak cukup luas itulah penjual dan pembeli melakukan transaksi. Menurut para pedagang, kios-kios kerajinan rotan dan bambu yang mendominasi kios-kios di bawah stasiun Cikini ini, telah tumbuh sejak stasiun ini dibangun sekitar tahun 70-an.
Wawan (42), pemilik showrum Kerajinan rotan mengaku, dirinya telah menggeluri bursa kerajinan di Cikini sejak athun 1992. Berawal dari seberang jalan, yang kini telah berdiri gedung megah. "Karena sudah dikenal, pengunjung tetap saja datang. Apalagi tempatnya tidak jauh dari lokasi lama," kata Wawan.
Selain menjual produk lokal, seperti mebel rotan, anyaman bambu dari Tasikmalaya, melamin dari Pacitan, ada juga produk-produk dari Cina dan lain-lain. Jika berkunjung ke
Produk rotan dan bambu tampil apa adanya, tak ada ornamen atau warna-warni. Namun dengan sedikit sentuhan, produk kerajinan itu tampil lebih menarik. "Jarang konsumen yang membeli produk mentahnya. Agar lebih menarik, kami mengubah penampilannya dengan memberi lapisan kain, hiasan dan lainnya," ungkap Wawan. Dengan sajian menarik, bursa produk kerajinan tangan di Cikini menarik wisatawan asing. Seperti diakui Wawan, hingga kini pihaknya masih melayani permintaan dari Belanda.
Disinggung omzet dan keuntungan, Wawan mengaku lumayan untuk sekedar makan. Tapi kalau melihat besarnya nilai sewa ruangan yang berkisar Rp 20-30 juta per tahun, boleh jadi bisnis ini cukup menggiurkan. “Saya sudah 13 tahun berdagang di sini. Keberhasilan itu tergantung cara kita mengelola. Kalau kita kelola dengan baik, hasilnya pasti bagus,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar