Jumat

Stasiun Cikini Disulap Jadi Kerajinan Tangan

OLEH : AGUS SALAM

Agak sulit mencari kerajinan tangan di Jakarta, karena kota metropolitan ini lebih cocok sebagai tempat distributor hasil-hasil kerajinan rakyat. Jangan keliru, bila sudah memasuki kawasan stasiun Cikini. Kawasan yang dirancang untuk transportasi kereta api itu berubah fungsi jadi pusat kerajinan rotan seperti bangku, meja, hiasan dinding, lampu, parsel dan cinderamata. Di bawah Stasiun Cikini Jakarta Pusat, justru banyak menarik konsumen dalam maupun luar negeri. Meski tempatnya tidak begitu bagus sebagai counter atau shoow room karya seni yang umumnya terbuat dari rotan dan bambu. Namun melihat banyaknya pengunjung, bisa membenarkan sebutan Stasiun Cikini sebagai salah satu pusat kerajinan terbesar di Jakarta terkini.

Setiap hari, suasana di bursa kerajinan rotan selalu ramai dikunjungi konsumen. Mereka membeli berbagai keperluan, seperti cinderamata, parcel, ferniture hingga perlengkapan seserahan untuk acara pernikahan. Di ruangan yang tidak cukup luas itulah penjual dan pembeli melakukan transaksi. Menurut para pedagang, kios-kios kerajinan rotan dan bambu yang mendominasi kios-kios di bawah stasiun Cikini ini, telah tumbuh sejak stasiun ini dibangun sekitar tahun 70-an.

Wawan (42), pemilik showrum Kerajinan rotan mengaku, dirinya telah menggeluri bursa kerajinan di Cikini sejak athun 1992. Berawal dari seberang jalan, yang kini telah berdiri gedung megah. "Karena sudah dikenal, pengunjung tetap saja datang. Apalagi tempatnya tidak jauh dari lokasi lama," kata Wawan.

Selain menjual produk lokal, seperti mebel rotan, anyaman bambu dari Tasikmalaya, melamin dari Pacitan, ada juga produk-produk dari Cina dan lain-lain. Jika berkunjung ke sana, tidak sedikit aktivitas para pedagang dan karyawannya yang bisa dijumpai. Selain menunggui dagangan, mereka juga memberikan sedikit polesan pada produk tersebut sehingga terlihat lebih menarik. Karena kebanyakan produk yang disuplay dari para pengrajin, umumnya memang masih polos dan tanpa asesoris.

Produk rotan dan bambu tampil apa adanya, tak ada ornamen atau warna-warni. Namun dengan sedikit sentuhan, produk kerajinan itu tampil lebih menarik. "Jarang konsumen yang membeli produk mentahnya. Agar lebih menarik, kami mengubah penampilannya dengan memberi lapisan kain, hiasan dan lainnya," ungkap Wawan. Dengan sajian menarik, bursa produk kerajinan tangan di Cikini menarik wisatawan asing. Seperti diakui Wawan, hingga kini pihaknya masih melayani permintaan dari Belanda.

Disinggung omzet dan keuntungan, Wawan mengaku lumayan untuk sekedar makan. Tapi kalau melihat besarnya nilai sewa ruangan yang berkisar Rp 20-30 juta per tahun, boleh jadi bisnis ini cukup menggiurkan. “Saya sudah 13 tahun berdagang di sini. Keberhasilan itu tergantung cara kita mengelola. Kalau kita kelola dengan baik, hasilnya pasti bagus,” katanya.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung