Selasa

Bersepeda, Gaya Hidup Sehat

Oleh: Heni Kurniawati
Siapa yang tak kenal dengan sepeda gayung atau yang dikenal dengan sepeda kayuh? Bila kita mendengar nama sepeda itu maka ingatan kita pasti akan kembali ke masa lampau. Seiring dengan perkembangan jaman, sepeda itu telah ditinggalkan karena masyarakat lebih tertarik dengan motor mesin bermacam merk yang dianggap lebih efektif dan hemat tenaga.
Namun masyarakat kota mulai melirik hobi sepeda gayung. Klub-klub sepeda gayung tumbuh bak cendawan di musim hujan. Di Denpasar, misalnya, hampir di seluruh ruas jalan terlihat gerombolan anak bersepeda dengan tunggangan model funcky dan modifikasian. Fenomena sepeda gayung oleh Ketua ISSI (Ikatan Sepeda Seluruh Indonesia), Freddie Tutuarima, sebagai tanda bahwa masyarakat mulai sadar akan pentingnya kesehatan dan juga sebagai refleksi kembali ke alam.
”Fenomena ini terjadi karena masyarakat kita mulai sadar akan dampak polusi udara sebagai akibat sepeda motor maupun mobil yang semakin pekat. Tidak hanya orang tua, anak pun mulai ikut mengurangi kepadatan kendaraan dengan bersepeda,” katanya.
Realisasi dari bentuk kesadaran akan kelestaraian alam diapresiasikan lewat acara back to bike yang diprakarsai oleh ikatan notaris seluruh Denpasar, Minggu pagi (1\7), di Lapangan Timur Renon, Denpasar. Penampilan klub-klub sepeda yang ada di Bali turut adil dalam menyemarakkan acara bersepeda, sebut saja, Bali MTB Comnumity, Maseyuge, Highlander dan Satak C.C.
Freddie berharap even back to bike mampu memberi contoh kepada masyarakat untuk sadar olahraga dan mengurangi kemacetan serta polusi. Ke depan, masyarakat dapat pergi bekerja dengan bersepeda sebagai gaya hidup (bike to work) seperti yang sudah terjadi sporadis di Jakarta. Hal ini lumrah di Cina, Jepang dan Vietnam.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung