Sabtu

Eksistensi Musik Tradisional Bali

OLEH: WAYAN NITA

Saat ini, sangat mudah mencari penyanyi dan lagu sesuai keinginan pembeli karena jenis musik, penyanyi maupun band sering menyuguhkan aneka pilihan. Pembeli tinggal memilih mana yang disukai, lagu pop, dangdut, rock, jazz atau hip-hop. Fakta ini cukup menguntungkan bagi para pencipta lagu, recording maupun penjual kaset.

Di tengah maraknya musik modern, ternyata tidak menyurutkan semangat recording lokal. Banyak hasil kreasi yang dipublikasikan sekalipun untuk pasar lokal. Untuk musik tradisional, tidak banyak anak muda yang menyukai apalagi mengenal. Sama seperti Bali Recording, perusahaan yang eksis sejak 1973 ini terus mengeluarkan rekaman musik tradisional seperti musik gong kebyar, musik angklung, musik genjek maupun wayang.

Menurut I Wayan Wijana, SH, pemilik Bali Record, puluhan ribu musik tradisional Bali masih ada dan semua sudah pernah diterbitkan meski Bali dominan menguasai pasar menyusul Lombok Barat dan Jawa.

“Karena masih banyak masyarakat Bali yang menyukai musik tradisional ini maka setiap hasil rekaman laris terjual. Meski tidak langsung habis begitu keluar, biasanya bertahap dan begitu masyarakat tahu keluaran baru langsung habis. Kadang distributor meminta recording untuk cetak VCD ulang. Ada masa tertentu masyarakat ramai membeli VCD musik tradisional, dan biasanya hari raya,” jelas Wijana.

Meski banyak berdiri recording baru tetapi tidak banyak yang bisa bertahan baik menghadapi persaingan sesama recording maupun rendahnya minat masyarakat. Bagi Wijana, VCD yang dikeluarkan masih tetap dicari konsumen dan miliki pelanggan sendiri. Persaingan terberat justru datang dari para pembajak. Dengan modal sedikit dan tinggal rekam ulang, para pembajak sudah meraub untung.

Sebelum memakai cover VCD seperti sekarang (Kertas), Bali Recording menggunakan pembungkus mika seperti pada kaset. Setelah maraknya aksi pembajakan, agar tidak begitu kalah saing sama pembajak, Wijana beralih ke sampul kertas yang dikemas secara apik, baik warna maupun gambar. Keping VCD yang dibeli tetap ada logo agar masyarakat tidak tertipu dengan yang palsu.

Soal harga, jelas lebih mahal dan bertahan lama. Kalau bajakan, dipakai dua tiga kali langsung rusak. Untuk antisipasi pembajakan, pihaknya langsung menulis harga jual pada cover kaset maupun VCD, disertai label PPM yang hanya dimiliki recording sah. Ini bisa menjadi pegangan buat konsumen untuk membedakan mana asli, mana palsu.

Tidak ada komentar:

Statistik pengunjung