PENGANTAR REDAKSI: Situasi kemiskinan, kemelaratan dan penderitaan hidup ternyata membentuk pribadi seseorang menjadi orang yang kreatif, pekerja keras, tertantang untuk maju mengubah nasib dan berjuang keras memperoleh kehidupan yang lebih baik. Banyak contoh di antara kita bagaimana siswa/i membiayai sendiri kuliah dengan hasil keringat. Dari ketekunan mereka kita belajar bahwa kemiskinan bukan menjadi alasan untuk tetap tertinggal dalam pendidikan dan meraih cita-cita setinggi langit.
OLEH: WURI WIGUNANINGSIH
Tahun ini, Republik Indonesia memasuki usia ke-62 tahun. Tapi tingkat kesejahteraan rakyatnya masih berada di bawah garis kemiskinan. Dari tahun ke tahun, angka kemiskinan di negara yang punya sebutan negeri loh
jinawi toto tentrem ini terus meningkat. Bahkan bila dibandingkan dengan negara-negara yang masih sangat muda usianya, seperti Malaysia, Singapura atau Thailand, Indonesia masih jauh tertinggal. Thailand yang pernah
mengalami krisis multi dimensi sudah lama pulih kondisi perekonomiannya. Tapi mengapa perekonomian Indonesia masih saja terpuruk seperti sekarang?
Menurut motivator ternama di Indonesia sekarang, Andrie Wongso, hal ini terjadi karena mental miskin yang masih tumbuh subur di pikiran masyarakat Indonesia. Sifat miskin itu di antaranya adalah tidak disiplin, takut tantangan, malas, tidak tanggungjawab dan masih banyak
sifat yang membuat seseorang menjadi tidak berkembang. “Contoh yang jelas adalah masih favoritnya bekerja sebagai PNS bila dibandingkan menjadi wiraswasta. Padahal, jika kita menjadi wiraswasta, dapat dipastikan kita akan menjadi kaya dan jauh lebih sukses,” katanya saat menjadi narasumber di sebuah seminar tentang motivator.
Karakter malas ini, mungkin hasil dari penjajahan mental yang dilakukan bangsa Belanda. Tapi itu bukan menjadi alasan bagi masyarakat Indonesia untuk selalu terpuruk. Karena itu menghancurkan karakter miskin sangatlah penting. Andrie pun mencontohkan dirinya yang lahir dari keluarga miskin di kota Malang. Hal ini diperparah dengan kondisi negara yang sangat tidak diuntungkan. Saat terjadi pemberontakan G 30 S/PKI yang
mengakibatkan golongan keturunan Cina banyak dimusuhi. Andrie pun tidak sampai tamat SD. Kemudian ia bekerja
serabutan hanya untuk mendapatkan uang. Selanjutnya ia berpikir, kalau hanya bekerja di Malang, ia tidak akan berhasil dan menjadi orang sukses.
Lalu Andrie berniat mengadu nasib ke Jakarta. Untuk sampai ke Jakarta pun bukan urusan gampang bagi seorang Andrie. Ia harus berjualan segala macam barang dari satu kota ke kota lain, sampai akhirnya ia menginjakkan kaki di Jakarta.
“Di Jakarta pun saya harus mulai kerja di emperan toko. Syukurlah, dengan modal wajah yang tidak mengecewakan dan kemampuan kungfu, saya pun
mendaftarkan diri menjadi bintang film. Saat itu, film tentang kungfu memang sedang menjadi tren di tengah masyarakat. Syukur pada Tuhan, saya diterima menjadi bintang kungfu dan melakukan shooting di Hongkong.
Dari sanalah mulai kebangkitan saya,” ungkap Andrie dengan penuh semangat.
Dengan modal yang didapat dari bermain film itulah ia memulai usaha tanpa kenal lelah. Bukan berarti ia tidak pernah gagal dalam berusaha. Jika gagal, ia akan bangkit lagi dan bangkit lagi. Selain itu, ia suka sekali menerima tantangan yang baru. Terutama dalam berusaha. Dengan
menanamkan semboyan kalau setiap orang berhak untuk menjadi kaya, ia menjadi Andrie Wongso seperti yang sekarang ini.
OLEH: WURI WIGUNANINGSIH
Tahun ini, Republik Indonesia memasuki usia ke-62 tahun. Tapi tingkat kesejahteraan rakyatnya masih berada di bawah garis kemiskinan. Dari tahun ke tahun, angka kemiskinan di negara yang punya sebutan negeri loh
jinawi toto tentrem ini terus meningkat. Bahkan bila dibandingkan dengan negara-negara yang masih sangat muda usianya, seperti Malaysia, Singapura atau Thailand, Indonesia masih jauh tertinggal. Thailand yang pernah
mengalami krisis multi dimensi sudah lama pulih kondisi perekonomiannya. Tapi mengapa perekonomian Indonesia masih saja terpuruk seperti sekarang?
Menurut motivator ternama di Indonesia sekarang, Andrie Wongso, hal ini terjadi karena mental miskin yang masih tumbuh subur di pikiran masyarakat Indonesia. Sifat miskin itu di antaranya adalah tidak disiplin, takut tantangan, malas, tidak tanggungjawab dan masih banyak
sifat yang membuat seseorang menjadi tidak berkembang. “Contoh yang jelas adalah masih favoritnya bekerja sebagai PNS bila dibandingkan menjadi wiraswasta. Padahal, jika kita menjadi wiraswasta, dapat dipastikan kita akan menjadi kaya dan jauh lebih sukses,” katanya saat menjadi narasumber di sebuah seminar tentang motivator.
Karakter malas ini, mungkin hasil dari penjajahan mental yang dilakukan bangsa Belanda. Tapi itu bukan menjadi alasan bagi masyarakat Indonesia untuk selalu terpuruk. Karena itu menghancurkan karakter miskin sangatlah penting. Andrie pun mencontohkan dirinya yang lahir dari keluarga miskin di kota Malang. Hal ini diperparah dengan kondisi negara yang sangat tidak diuntungkan. Saat terjadi pemberontakan G 30 S/PKI yang
mengakibatkan golongan keturunan Cina banyak dimusuhi. Andrie pun tidak sampai tamat SD. Kemudian ia bekerja
serabutan hanya untuk mendapatkan uang. Selanjutnya ia berpikir, kalau hanya bekerja di Malang, ia tidak akan berhasil dan menjadi orang sukses.
Lalu Andrie berniat mengadu nasib ke Jakarta. Untuk sampai ke Jakarta pun bukan urusan gampang bagi seorang Andrie. Ia harus berjualan segala macam barang dari satu kota ke kota lain, sampai akhirnya ia menginjakkan kaki di Jakarta.
“Di Jakarta pun saya harus mulai kerja di emperan toko. Syukurlah, dengan modal wajah yang tidak mengecewakan dan kemampuan kungfu, saya pun
mendaftarkan diri menjadi bintang film. Saat itu, film tentang kungfu memang sedang menjadi tren di tengah masyarakat. Syukur pada Tuhan, saya diterima menjadi bintang kungfu dan melakukan shooting di Hongkong.
Dari sanalah mulai kebangkitan saya,” ungkap Andrie dengan penuh semangat.
Dengan modal yang didapat dari bermain film itulah ia memulai usaha tanpa kenal lelah. Bukan berarti ia tidak pernah gagal dalam berusaha. Jika gagal, ia akan bangkit lagi dan bangkit lagi. Selain itu, ia suka sekali menerima tantangan yang baru. Terutama dalam berusaha. Dengan
menanamkan semboyan kalau setiap orang berhak untuk menjadi kaya, ia menjadi Andrie Wongso seperti yang sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar