Ini dibuktikan Chelsea saat bergabung dengan kelompok vokal Bukan Bintang Biasa (BBB), asuhan musisi senior Melly Goeslaw. ”Awalnya nggak tertarik dengan dunia nyanyi. Aku sebenarnya orang yang kurang hobi nyanyi karena nggak pede sama sekali,” katanya.
Chelsea mengakui, dunia sinetron memang lebih pantas bagi dirinya, tapi setelah ditawarkan kesempatan yang terbilang langka oleh musisi sekelas Melly, Chelsea tidak membuang kesempatan emas itu. ”Aku kurang berbakat di nyanyi. Mungkin di sinetron saja bakat aku. Tapi berhubung ada tawaran dari Teh Melly, ya sudah aku coba nggak ada salahnya,” kata Chelsea.
Menurut Chelsea, keterlibatannya di dunia tarik suara bermula dari sinetron Cincin yang diperankannya. Ceritanya, Chelsea berperan sebagai penyanyi terkenal. Dan entah kenapa, karakter penyanyi yang diperankannya itu menarik perhatian Melly hingga menawarinya untuk ikut casting grup vokal bentukan Melly. ”Menurut aku soal aji mumpung itu, semua orang bersikap sama, tergantung kita menyikapi seperti apa. Kalau aku sih, aji mumpung ya asal-asalan saja, nggak perlu total, nggak perlu aku hayati banget,” jelasnya.
Begitu juga dengan artis sinetron Dwi Andhika yang kini menekuni tarik suara. ”Memang salah ya? Aku kira dengan masih punya nama malah akan membantu karier. Biarlah orang mau bilang apa. Asal aku serius dengan bidang baru. Jadi nggak asal-asalan,” katanya.
Bagi Andhika, mengeksplorasi diri bukannya sesuatu yang memalukan untuk mengetahui potensi diri. ”Lagian apa salahnya aku nyanyi. Suaraku nggak jelek-jelek amat kan?," tanya pria yang sedang mencari waktu latihan guna memperbaiki kualitas suara. ”Sekarang banyak artis yang nggak hanya akting, tapi nyanyi juga dan sebagainya," sambung Andhika.
Marshanda malah tidak mau dikatakan aji mumpung dalam tarik suara. Pengidola Christina Aguilera, Britney Spears dan M2M sejak kecil gemar menyanyi di samping latihan olah vokal di Paranadjaja dan kursus balet. Beberapa album sudah ditelurkan, dari musik religi bersama kelompok Sakha, album kompilasi yang salah satu lagunya Kisah Kasih Di Sekolah. ”Kalau masyarakat melihat aji mumpung ya sah-sah saja, tapi bagi saya ini sebagai eksplorasi diri untuk mengembangkan bakat,” katanya.
Apresiasi Kebebasan
Muda berprestasi, tua jadi terkenal. Seolah menjadi alasan kaum remaja untuk berkreasi di segala bidang, terutama bidang musik banyak menyedot minat para anak muda. Basnyak grub band dengan berbagai aliran terbentuk dikalangan remaja. Seakan menunjukkan rasa kebebasan dan jiwa berontak yang tertanam dalam dada. Suara hati untuk hidup bebas dan berontak terhadap lingkungan atau pun pemerinta, mereka tuangkan lewat sepengal lagu yang tercipta dan melalui musik cadas (keras) mengiringgi.
Usia belasan tidak menjadi soal untuk tidak peduli dengan keadaan sekitar. Kesamaan pandangan untuk peduli dengan sesama dan rasa berontak terhadap pemerintah melahirkan grup band Red Flag asal Denpasar yang beranggotakan empat orang cowok yang masih duduk di bangku SMU ini. Alit Ariawan (Vokal), Indra Wirawan (Gitar), Agus Adi Wiranata(Bas), Donny Artha(Drum), mengusung aliran musik punk chaos (Punk Core) yang identik dengan musik yang keras sebagai ciri underground dan suara vokalnya yang nyaring.
Red Flag yang berdiri sejak Februari tahun ini mampu menyedot fans dari kalangannya. Dengan membawakan lagu yang bertemakan kritik sosial terhadap pemerintah dan anti kemapanan yang terinspirasi kehidupan masyarakat dan pemerintah, grup ini sering manggung di Bounty Discotique, Kuta dan telah melahirkan 12 lagu. Ambisi untuk jadi terkenal di kalangannya pun memotivasi grup ini. Namun, keinginan terbesar mereka agar suara kritik mereka terdengar oleh pemerintah.
”Red Flag sendiri merupakan apresiasi dari bentuk keberanian anak muda untuk berontak terhadap pemerintahan yang korup dan kapitalis. Aliran yang dianut Red Flag merupakan aliran punk chaos yang merupakan gabungan antara punk core dengan metal punk. Karena kesamaan ide dan rasa suka dengan musik yang sama maka terbetuk Red Flag. Selain itu, rasa prihatin terhadap nasib bangsa dan rakyat kecil menjadi alasan kami untuk membentuk grup ini,” kata Indra alias Lock.
Seirama dengan Red Flag, grup Nemesis asal Prigen, Pasuruan, Jawa Timur yang dipunggawai Nurhidayat (Vokal), Tony (Bas), Anton (Gitar) dan Eko (drum) mengusung aliran punk metal. Lewat sang vokalis, Nemesis beranggapan jika anak SMU atau remaja pun berhak untuk menyuarakan kritikan terhadap pemerintah. Namun, Nemesis sendiri lebih memuja tema kehidupan cinta secara universal sebagai inspirasi lagu dan musiknya. Obsesi yang mereka harapkan melalui band ini pun tidak terlepas agar musik mereka diterima setiap kalangan, meski hal tersebut harus penuh perjuangan. Karena musik punk core dan punk metal hanya kalangan tertentu saja yang bisa menikmati sebab suara musiknya keras dan melengking serta bagi orang awam suara vokalnya sulit dicerna dan dimengerti.
”Harapan kami paling tidak musik underground lebih bisa diterima untuk semua kalangan. Sebab, apapun alirannya, musik merupakan suara terindah dan berisikan hal yang bermakna pula. Tidak seperti yang dipikirkan orang bahwa musik ini musik setan, karena penampilan kami yang gothic atau serba hitam,” jelas sang vokalis. (Agus Salam & Heni Kurniawati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar